Pahami Anak secara Menyeluruh
Thursday,12/04/2018SurveyMETER
Bukti dan data yang tersedia untuk memahami kehidupan anak Indonesia dari waktu ke waktu masih sedikit dan belum komprehensif. Padahal, dengan mempelajari tumbuh kembang anak secara komprehensif dapat membantu pemerintah untuk mengetahui secara lebih pasti kebijakan, program, dan faktor-faktor yang terbukti berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkelanjutan.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak (Puskapa) Universitas Indonesia bersama mitra dari Columbia University dan SurveyMETER meluncurkan inisiatif studi longitudinal anak dan keluarga (SLAK).
Diseminasi uji coba Instrumen SLAK digelar di Jakarta, Kamis (12/4/2018). Hadir sejumlah perwakilan kementerian/lembaga pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat.
Peneliti dari Puskapa, Sri Andini Handayani, mengatakan, kajian soal anak umumnya masih sektoral, misalnya hanya aspek pendidikan, kesehatan, atau masalah sosial. Selain itu, responden juga berubah-ubah.
”Kami ingin mengkaji tumbuh kembang anak yang punya banyak aspek dalam hidup, dalam waktu yang panjang,” katanya.
Andini menjelaskan, SLAK bertujuan memahami penyebab utama dan efek jangka panjang dari kesulitan hidup yang dialami anak dan bagaimana sebagian anak-anak bisa bertahan dan mengatasi kesulitan hidup tersebut, bahkan menunjukkan capaian yang baik saat dewasa.
Secara khusus, SLAK akan melihat pengaruh tidak terpenuhinya akses terhadap pengasuhan responsif dan kebutuhan mendasar, seperti gizi dan makanan yang tepat; tidak terpenuhinya akses pada layanan dasar yang berkualitas, seperti kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial; serta paparan pada situasi kesulitan khusus, seperti kekerasan dan bencana alam terhadap partisipasi sekolah dan pembelajaran, kesehatan fisik, kesejahteraan psikososial, perkembangan kognitif, keterampilan sosial, dan partisipasi ekonomi.
Mencermati tumbuh kembang
Peneliti Puskapa, Ni Luh Putu Maitra Agastya, menambahkan, SLAK menyasar anak usia 6-18 bulan yang belum sekolah, lalu nanti disurvei lagi ketika masuk pendidikan anak usia dini. Selain itu, anak usia 10-12 tahun yang di jenjang SD disurvei setiap tiga tahun, setidaknya hingga anak itu berusia 18 tahun.
”Di survei ini, siswa yang sama terus dilacak untuk dilihat perkembangannya,” kata Agastya.
Hasil survei ini dibutuhkan pemerintah untuk mengetahui secara lebih pasti kebijakan, program, dan faktor-faktor yang terbukti berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkelanjutan. Untuk itu butuh data multi-tahunan yang lintas disiplin untuk mempelajari proses tumbuh kembang anak secara komprehensif dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka saat dewasa.
Berbagai literatur menunjukkan kegagalan dan hambatan dalam tahap perkembangan seorang anak berkaitan dengan menurunnya potensi penghasilan mereka ketika dewasa sebesar lebih dari 20 persen. Hal ini dapat berdampak pada ketahanan ekonomi nasional, dapat menghambat tercapainya tujuan SDGs, serta kesempatan meraih bonus demografi Indonesia.
Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdikbud, Bastari mengatakan, studi yang komprehensif ini dibutuhkan untuk mendukung optimalnya tumbuh kembang anak sekaligus untuk pendataan.
(ELN)
Sumber: https://kompas.id/baca/utama/2018/04/13/sajikan-acara-yang-ramah-anak/