Institutional Review Board (IRB) SurveyMETER 2013
Monday,07/10/2013Kantor SurveyMETER, Jl. Jenengan Raya 108 Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY
Salah satu tahapan yang biasa dilakukan SurveyMETER sebelum melakukan kegiatan penelitian adalah melakukan Institutional Review Board (IRB). Untuk tahun 2013 ini, IRB dilakukan pada hari Sabtu 21 September lalu di Ruang Meeting lantai 2 Kantor SurveyMETER. Tujuan dari IRB ini untuk memperolah masukan-masukan dari expert penelitian terhadap tiga agenda penelitian survei yang akan dilakukan SurveyMETER pada 2013-2014. Ketiga survey yang dimaksud adalah STAR-6, IFLS-5, dan Sex Worker Survey.
Selain Ketua IRB SurveyMETER, Prof Drs Kasto MA, yang juga guru besar ilmu geografi UGM Yogyakarta, hadir pula beberapa orang undangan expert di bidang penelitian yaitu; Ir Isra Natalisa Ginting dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Elan Satriawan PhD konsultan TNP2K Jakarta, Ferdy Samuel Rondonuwu PhD, expert bidang pendidikan dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Kota Salatiga, serta dr Djoko Pramono MM dan Anisa Mira Fauziah SE dari One Earth Integral Education Foundation. Sementara dari SurveyMETER hadir Ibu Bondan Sikoki SE MA, Ibu Dr Ni Wayan Suriastini MPhil, Bapak Firman Witoelar MA PhD, Bapak Nasirudin SP M.Ec.Dev, dan beberapa staf lainnya.
Sebagai pengantar disampaikan sekilas sejarah perkembangan SurveyMETER sejak berdiri tahun 2002 hingga 2013 dan rencana kedepan oleh Ibu Wayan. Selanjutnya pengantar kegiatan dan pembukaan dari Ketua IRB SurveyMETER, Prof Drs Kasto MA. Dalam pengantarnya, Prof Kasto menyelipkan apresiasinya terhadap perkembangan SurveyMETER yang pesat. Meski demikian, tidak ada salahnya forum IRB ini dapat membantu “sedapat-dapatnya” melakukan rewiew agar kualitas penelitian akan tetap terjamin.
Presentasi pertama mengenai rencana pelaksanaan STAR-6 disampaikan oleh Ibu Wayan. Bu Wayan mengawali paparannya dengan menjelaskan secara global data yang ada dan dapat diperolah dalam data penelitian panel dari STAR 1 hingga STAR 5. Ibu Wayan juga menyampaikan rencana pelaksanaan serta penambahan beberapa instrument pada STAR 6 termasuk rencana penelitian kualitatif, melakukan relisting, rencana membuat pemetaan keadaan rumah tangga bagaimana sekarang, membuat pencitraan bagaimana sesudah tsunami dengan keadaan sekarang, dan seterusnya.
Sebagai penanggap pertama, Ibu Lisa Ginting melihat bahwa data panel memang banyak diminati semua orang. Bahkan BPS saja sangat jarang melakukan. Ibu Lisa mengusulkan karena sekarang jaman reformasi birokrasi, BPS akan berfungsi sebagai public servis atau humas untuk semua pencari data. Konsumen data cukup yang datang ke BPS. Kalau BPS tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dari konsumen karena data BPS yang terlalu umum, BPS bisa menghubungkan dengan lembaga penelitian seperti SurveyMETER. Kemudian, konsumen data tidak harus bertanya ke semua tempat atau lembaga. BPS akan menampilkan meta datanya, bahwa unit lembaga penelitian tertentu, misalnya SurveyMETER, telah melakukan sebuah survei, jangka waktunya kapan, dimana, dan seterusnya. Tugas sesama institusi penelitian adalah dapat melengkapi satu sama lain. Karena, BPS idealnya akan merasa dilengkapi sesuatu yang belum dilakukan BPS.
Untuk kepentingan ini, menurut Ibu Lisa, kedepan akan diusulkan seharusnya di UU statistik ada survei statistik dasar yang mencakup data penduduk, pertanian, dan ekonomi untuk kepentingan sektor statistik instansi tertentu, dan survei khusus untuk kepentingan studi seperti STAR untuk kepentingan yang ruang lingkupnya terbatas. Sementara review Ibu Lisa terkait STAR-6 adalah perlu menyertakan teknologi semacam Great Square yang bisa digunakan menjadi peta citra. Karena foto udara akan lebih baik, sehingga pemetaan data lapangan bisa lebih rinci.
Sementara Pak Ferdy melihat variabel data pendidikan, misalnya data drop out anak, sejak putaran 1 hingga putaran 6 yang bisa dilacak status dan perkembangan pendidikannya akan menjadi data yang menarik karena melibatkan individual yang banyak. Kalau itu bisa ditelusuri persentase anak putus sekolah dan anak yang terkena langsung tsunami langsung tentunya mempunyai dampak yang berbeda, karena dampak terhadap pendidikan bisa mengubah struktur. Mungkin bisa dilihat korelasinya apakah yang putus sekolah ini yang tidak berlanjut, karena untuk variable tersebut di kuesioner tidak ada pertanyaan bagaimana nasib anak-anak itu dalam pendidikan. Kalau di putaran 1 masih kelas 2 SD, misalnya, berarti dia sudah menyelesaikan satu siklus. Menarik sekali untuk melihat angka-angka ini.
Masukan berikutnya dari Pak Elan Satriawan. Menurut Pak Elan, saatnya SurveyMETER melakukan advokasi kepada lembaga dan pihak yang berkepentingan di dalam negeri untuk menggunakan data STAR, IFLS ataupun data hasil penelitian SurveyMETER lainnya. Karena sejauh ini data SurveyMETER banyak digunakan oleh kalangan luar negeri, kalangan dalam negeri yang menggunakannya masih bisa dihitung. Lembaga tujuan advokasi misalnya BAPENAS dan Kementerian Dalam Negeri. Upaya suportnya dengan pemberian workshop dan seminar-seminar mengenai cara penggunaan data IFLS. Menurut Pak Elan, lembaga seperti itu penting selain akademisi domestik.
Setelah coffe break sejenak, acara kemudian dilanjutkan pemaparan Ibu Bondan mengenai rencana pelaksanaan IFLS-5. Pemaparan Bu Bondan diawali dengan pelaksanaan dan data yang didapat pada IFLS 1993-2007. Bu Bondan juga memaparkan rencana pelaksanaan IFLS 2014 mendatang dengan perubahan dan penambahan variabel pertanyaan serta perangkat sistem penelitian dengam metode CAPI yang merupakan pertama kali dilakukan dalam survei besar. Persiapan IFLS 2014 ini hingga setahun karena harus melalui rangkain pilot test mengenai program CAPI dan instrumen-instrumen tambahan. Bahkan, pada tanggal 19 September lalu, kemarin sudah dimulai pilot test untuk tracking (pelacakan) anggota rumah tangga yang migrasi dari wilcah asal.
Inovasi lainnya adalah dengan menambahkan koneksi untuk responden yang lanjut usia, menanyakan lebih detail pada variable sejarah kesehatan sejak umur 16 tahun, menanyakan informasi responden yang sudah meninggal, menanyakan keadaan kesehatan sebelum meninggal, dan updating program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan. Menurut Ibu Bondan, kelebihan IFLS ini adalah datanya setelah setahun bisa langsung dipublish.
Menanggapi presentasi Ibu Bondan, Pak Elan memberikan masukan terhadap beberapa variabel dalam instrumen survei rumah tangga dan survei komunitas mengenai bantuan sosial yang harus disesuaikan dengan perkembangan sekarang. Karena perkembangannya, pemerintah akan terus membuat program-program bantuan sosial ini dengan spesifikasi tujuan dan obyek bantuan yang beragam. Misalnya, pada buku fasilitas, instrument KPS seharusnya ada variable pertanyaan didrop karena KPS ini bukan program tapi kartu. Musyawarah desa atau musyawarah kelurahan akan melakukan penggantian kalau ada yang sudah tidak layak, kalau yang masih berhak dimasukkan. Pertanyaannya cukup apakah ada atau tidak, kapan, berapa yang didrop, berapa yang diusulkan.
Sementara Ibu Lisa mengingatkan berdasarkan pengalaman profesinya sebagai peneliti. Ada kemungkinan kultur budaya akan ada yang keberatan apabila backup data dengan direkam. Alasannya suara responden yang direkam layaknya diambil sehingga bisa mengurangi umur. Kasus seperti ini akan banyak ditemui di wilayah Kalimantan. Ibu Lisa juga mengingatkan, apakah programnya kuat atau tidak. Karena, ketika sampai berapa responden masuk cek list untuk TI, enumerator yang serentak dan banyak apakah bisa sekali masuk atau tidak.
Selanjutnya pemaparan rencana pelaksanaan survey SEX Worker oleh Bu Wayan. Survey ini berdasarkan tindak lanjut dari program pendampingan SurveyMETER terhadap CSO-CSO dari SUM2 Program, khususnya di Kota Malang Jawa Timur. Rencananya, survei ini dilakukan di Kota Malang dengan sampel 450 WPS usia diatas 18 tahun dari total 700-an WPS binaan CSO Yayasan PARAMITRA Malang. Diantara variabel yang akan ditangkap adalah, diantaranya, sejauh mana WPS memiliki bargaining terhadap klien yang menolak menggunakan kondom ketika berhadapan dengan tawaran bayaran lebih tinggi kalau tidak memakai kondom, bagaimana kebiasaan mereka mengelola uang. Rencananya di treatmen kedua mereka akan diberi uang tabungan bekerjasama dengan program dari salah satu bank. Kemudian akan dilihat bagaimana cara mereka mengelola uang tersebut dalam modul diary hariannya. Rencananya, survei ini akan dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 mendatang. Pengambilan data baseline-nya pada bulan Desember 2013 dan endline-nya Desember 2014. Pada bulan November 2013 diagendakan untuk dilakukan pilot test terhadap instrumen yang telah dipersiapkan.
Pak Elan memberi masukan; kenapa tidak semua populasi diambil sebagai responden? Karena dikhwatirkan kalau sampel hanya 450 orang, tidak akan balance antara kontrol dengan treatmen. Karena WPS ini merupakan kelompok masyarakat yang unik dengan beragam tingkat pendidikan, suku, dan agama. Sebagai fasilitator atau pendamping enumerator bisa menggandeng CSO. Sementara dr Djoko Pramono MM, selaku praktisi advokasi kesehatan menilai komunitas WPS akan lebih terbuka kepada petugas kesehatan. Karennya, dengan menggandeng petugas kesehatan bisa jadi akan lebih memudahkan dalam pengambilan data. Dr Djoko melihat, dengan pendekatan seperti itu, riset ini akan berhasil dilakukan.
Menanggapi masukan-masukan yang muncul pada setiap sesi masukan dan tanggapan setelah akhir presentasi tersebut, SurveyMETER melalui Ibu Bondan, Ibu Wayan, dan Pak Firman menyampaikan terima kasih atas masukan pemikiran dari semua reviewer. Masukan-masukan yang disampaikan akan menjadi sumber dalam mendiskusikan kembali tiga proyek tersebut. Rencana kedepan, yang menjadi target SurveyMETER paska STAR-5, hasil penelitian akan diadvokasikan langsung kepada Pemerintah dan stakeholder Provinsi Aceh tidak hanya laporan kepada pemerintah pusat saja. Masalah publikasi hasil penelitian-penelitian SurveyMETER yang masih kurang, seperti workshop struktur data IFLS, konferensi ilmiah, presentasi paper, menjadi target dan agenda internal yang terus dipacu. (JF)