Kedewasaan dan Tantangan SurveyMETER di Usia 15 Tahun
Tuesday,21/02/2017SurveyMETER
Senin (20/02/2017) kemarin usia SurveyMETER genap 15 tahun. Pada usia tersebut, seumpama di Indonesia Family Life Survey (IFLS), seorang responden akan diwawancarai instrument buku 3 dan harus menjawabnya sendiri dan independen. Diharuskan menjawab secara independen karena ia dipandang sudah beranjak dewasa.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun ke-15 SurveyMETER digelar sederhana. Di pagi hari, manajemen dan keluarga besar SurveyMETER, kumpul melingkar sejenak di pelataran kantor. Doa dan sarapan bersama mengakhiri sambutan pengingat dan penyemangat dari Direktur Eksekutif, Dr Ni Wayan Suriastini MPhil.
Manjemen dan keluarga besar SurveyMETER yang sedang bertugas di lapangan merayakannya dengan serupa. Sekadar potong kue dan doa bersama di sela pelatihan studi mengenai pengguna Transjakarta di Jakarta. Potong kue dan dilakukan oleh pembina sekaligus pendiri SurveyMETER, Bondan Sikoki MA. Kebahagiaan usia 15 tahun SurveyMETER juga dirayakan dengan berbagi rezeki dan kasih kepada kelompok lanjut usia di Dusun Watugedug, Guwosari, Pajangan, Bantul.
Dalam sambutan pengingat dan penyemangatnya, Wayan menyampaikan 15 tahun yang dicapai tidak terjadi begitu saja. Tidak terjadi dengan berpangku tangan atau berleha-leha melainkan kerja keras dalam kualitas dan inovasi. Bahwa data perlu akurat dan dikumpulkan secara teliti dapat menjadi rujukan pengambilan keputusan baik oleh pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat umum.
Misi lembaga tersebut menjadi idelitas dan tekad para pendiri SurveyMETER 15 tahun lalu. Sebagaimana dipahat pada prasasti; kelahiran SurveyMETER didedikasikan untuk pengetahuan yang menginspirasi dan memperkuat kebijakan berbasis data penelitian.
Namun begitu di usia dewasanya SurveyMETER masih menghadapi sejumlah tantangan yang menuntut untuk terus bergerak maju. Di antara tantangan itu adalah memperbanyak produksi tulisan berbasis data penelitian yang telah dilakukan. “Kita harus meluangkan waktu minimal dua jam di hari Sabtu dan Minggu untuk menulis,” kata Wayan mengajak.
Wayan menyampaikan ajakan itu penuh gelora. Terlebih karena yang hadir di pagi itu kebanyakan berusia lebih muda. “Ini tantangan kita dalam beberapa tahun kedepan agar kita semakin diperhitungkan dalam kancah lembaga think-tank di Indonesia,” semangat Wayan.
Di Jakarta, selepas potong kue, Bondan mengingatkan kembali kepada keluarga besar SurveyMETER tentang perjuangan lembaga dari nol hingga sekarang. Dari pindah-pindah kontrakan hingga memiliki kantor sendiri. Dari tidak punya hingga memiliki mobil “dinas” sendiri. Dari sedikit hingga banyak projek. Dari sekadar mengumpulkan data penelitian hingga menjadi rujukan kebijakan. “Kedepan, saya berharap kita semakin sukses dan semua tetap solid,” tutup Bondan.
Di Dusun Watugedug, mendampingi kader kunjungan rutin kepada lanjut usia non-potensial, SurveyMETER membagi bingkisan. Tiga lanjut usia yang dikunjungi langsung menyampaikan terima kasih dengan penuh haru. Di antara mereka ada yang menangis-iba mengadukan anak-anaknya yang malas menengok atau sekadar mampir saat bolak-balik melewati jalan di depan rumahnya. “Kami berterima kasih kepada SurveyMETER karena perhatian ini bisa membuat mereka senang,” kata, Kepala Dusun Watugedug, Mistijan.
Seperti perayaan ulang tahun sebelumnya yang selalu sederhana, tahun ini pun demikian. Syukuran kecil dirayakan di atas hamparan rumput di halaman kantor, memotong kue di sela pelatihan studi di ibukota, serta berbagi kebahagiaan dengan lanjut usia. Ritmis doa bersama serta menyerap paparan tantangan dan penyemangat dari pendiri dan manajemen adalah satu dari banyak ekspresi dari cara mengungkap rasa syukur.
Selamat ulang tahun ke-15 SurveyMETER. Kedewasaan akan lebih bermakna jika beriringan dengan sukses menaklukkan tantangan. (JF)