Tanggal
24 Juli 2023
Kata Kunci
Kesehatan dan Lanjut Usia
Lokasi
SurveyMETER
Tipe
Buku
Penulis
Ni Wayan Suriastini, Endra Dwi Mulyanto, Dwi Oktarina, Sunar Indriati, Naryanta, Titis Putri Ambarwati, Agus Lesmana.
Share Artikel:
Mewujudkan Lanjut Usia SMART: Pembelajaran dari Studi Kesehatan Lanjut Usia Berbasis Komunitas
Saat ini, Indonesia tengah menapaki populasi-menua, lebih dari 10% penduduknya berusia lanjut dengan persentase tertinggi 15,7% berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di ranah kebijakan, pemerintah mendorong agar penyedia layanan kesehatan berbasis masyarakat mampu mewujudkan penduduk lanjut usia yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif (SMART) salah satunya lewat skrining kesehatan. Pada 2021, SurveyMETER dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) melakukan Studi Kesehatan Berbasis Komunitas dengan mewawancarai seluruh Puskesmas, 121 Posyandu Lansia, dan 1.010 Individu Lansia di DIY.
Studi ini mengulas cakupan skrining kesehatan lanjut usia yang belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019, setiap lanjut usia berhak menerima skrining minimal sekali setahun. Cakupan skrining mengacu pada persentase jumlah lanjut usia penerima skrining kesehatan di Puskesmas yang sebagian besar belum mencapai 50%. Hanya ada dua skrining dengan persentase yang baik, indeks masa tubuh (51%) dan pengukuran tanda vital (54%). Selebihnya masih relatif rendah, seperti pemeriksaan zat putih telur (23%), hemoglobin (28%), gula darah (45%), kolestrol (44%), asam urat (44%), sampai status kognitif sebagai deteksi dini demensia (43%). Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran untuk mengutamakan skrining kesehatan lanjut usia di Puskesmas. Kondisi ini dibarengi dengan pengetahuan atas skrining tertentu yang masih terbatas. Semisal, pengetahuan masyarakat (Posyandu Lansia 6% dan lanjut usia 5%) tentang gangguan daya ingat sebagai gejala demensia cenderung rendah lantaran Puskesmas sebagai pengampunya pun demikian. Demensia terlanjur dinormalisasi sebagai proses penuaan yang dianggap tidak membutuhkan skrining dan penanganan medis. Keadaan ini mempertegas bahwa program lanjut usia belum menjadi esensial di Puskesmas, sehingga pelayanannya pun kurang maksimal, dan, bila diteruskan, bisa menghalangi terwujudnya penduduk lanjut usia SMART.
Selain temuan di atas, studi ini juga mengupas topik menarik lain seperti pelatihan geriatri dan perawatan jangka panjang di Puskesmas, maupun dinamika Posyandu Lansia dan kondisi lanjut usia.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut.
Versi lengkap:
Isi:
5. Langkah yang Diperlukan Guna Mewujudkan Lanjut Usia Smart Berbasis Komunitas