Sekarang, Suara Bapak Terdengar Jelas
Kamis, 12/05/2016Bantul, DIY
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan tak menyurutkan tekad Heny Fitriyani (21 th) untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Terlebih saat dia mengetahui kedua orangtua mendukung keinginannya. Semangat belajar dan prestasi Heni memang cukup stabil sejak duduk di bangku SMP di Desa Jatimulyo. Namun sejak SMP itu pula kedua telinganya terganggu. Akhir-akhir ini, saat aktivitas kuliahnya akan dimulai, dia cukup gelisah dengan gangguan telinganya itu.
Demikian halnya dengan Nurul Arista Pamungkas (13 th) yang duduk di kelas 4 SD Dodogan Desa Jatimulyo. Sejak usia balita mengalami masalah dengan telinga kanannya. Gangguan pendengaran itu membuatnya kurang percaya diri ketika bergaul dengan teman-temannya.
Proses pengobatan telinga keduanya tidak menentu sebelum Koordinator PAUD Desa Jatimulyo, Ibu Sri Wahyuni, menghubungi SurveyMETER pada awal Maret 2016 lalu. Ibu Sri meminta SurveyMETER untuk membantu meringankan biaya pengobatan anak usia sekolah yang terganggu pendengarannya. Mereka mengajukan 3 anak usia sekolah yang tidak mampu sebagai sasaran. Tiga anak tersebut merupakan usulan dari pemintah Desa Jatimulyo.
Seminggu kemudian SurveyMETER melakukan pemeriksaan 3 anak tersebut di RS Bethesda Yogyakarta. Hasil pemeriksaan ketiga anak tersebut masuk kualifikasi ringan dan sedang. Satu anak dengan kualifikasi gangguan ringan disarankan mengikuti terapi. Sementara dua anak kualifikasi gangguan sedang tetap membutuhkan alat bantu dengar.
Pada mulanya, SurveyMETER menghubungi sebuah NGO yang bisa bekerjasama. Sayangnya NGO tersebut hanya bisa membantu pasien gangguan pendengaran dengan kualifikasi berat. Namun begitu, gangguan pendengaran bagi mereka yang sedang sekolah sangatlah mengganggu. Tekad sedari awal, ada atau tidak ada mitra, kegiatan sosial SurveyMETER ini harus jalan terus.
Sampai akhirnya tiba hari yang tak terlupakan bagi dua anak itu. Penyerahan alat bantu pendengaran dilakukan pada Rabu (11/05/2016) di rumah keduanya, di Desa Jatimulyo, Dlingo, Bantul.
“Bantuan ini merupakan kegiatan sosial SurveyMETER dan sementara ini kami baru bisa membantu untuk dua anak,” tutur Henry Setyo Nugroho SH, dari SurveyMETER kepada Pejabat Kepala Desa Jatimulyo, Bapak Sunoto, di Balai Desa.
“Mewakili pemerintah dan warga desa, kami menyampaikan terima kasih atas bantuan dari SurveyMETER karena kami sendiri belum bisa membantu mereka,“ ujar Pak Sunoto yang juga memberitahukan program unggulannya untuk mempromosikan desa wisata setelah di beberapa dusun ditemukan destinasi yang layak dijual. Beberapa saat kemudian Pak Sunoto mengajak SurveyMETER ke rumah dua anak sasaran bantuan.
“Kami sangat berterima kasih atas bantuan ini, semoga bisa membantu Nurul dalam belajar,” ujar Ibu Titik, ibunda Nurul saat anaknya itu diajari cara pemakaian alat bantu dengar. Ibu Titik menyebutkan sebelumnya telah beberapa kali mengupayakan pengobatan telinga Nurul dengan obat alternatif. Bahkan ia sempat tertipu ratusan ribu oleh sales sebuah obat herbal.
“Sekarang, suara Bapak terdengar lebih jelas,” kata Nurul, menjawab pertanyaan dari Pak Sunoto yang turut mengetes kepekaan alat tersebut. Senyum malu-malu pun tersungging di bibir Nurul.
Demikian juga Heni dan orangtuanya menyampaikan rasa terima kasih saat alat bantu dengar itu diberikan. Setidaknya menghadapi awal kuliah bulan depan, tidak ada lagi rasa takut yang menyergap Heni. Karena alat bantu dengar ini bisa dipakai juga saat kuliah. Saat SMA, Heni berkali-kali mengobati dan memeriksakan telinganya ke dokter THT hingga menghabiskan biaya yang banyak.
Menurut Henry, sebagaimana disampaikan kepada Pejabat Kepala Desa, kegiatan ini sebagai bukti kecil bahwa Desa Jatimulyo yang pernah menjadi dampingan SurveyMETER, tidak dilepas begitu saja. Meskipun program pendampingan tersebut sudah selesai awal 2015 lalu. Saat akhir program, SurveyMETER mempersilahkan masing-masing desa untuk menginformasikan apabila ada hal yang mungkin bisa dibantu.
Seperti diinformasikan sebelumnya, program pendampingan SurveyMETER terhadap dua desa di Kabupaten Bantul, dengan suport Knowledge Sector, sudah selesai awal 2015 lalu. Namun pendampingan non-formal masih dilakukan. Bahkan salah satu dusun di Desa Guwosari masih menjadi dampingan khusus dalam isu kelanjutusiaan dengan menggunakan dana ‘CSR’ SurveyMETER.
Program pendampingan dua desa ini dilaksanakan mulai awal 2013 silam. Program ini mengagendakan pendampingan terhadap masalah pelembagaan sistem administrasi desa, pelayanan publik dasar, dan penyusunan profil desa di dua desa tersebut. Beberapa bulan berikutnya, bidang pelayanan publik dasar difokuskan dalam pendampingan PAUD dan pendampingan kesehatan kelompok lanjut usia.
Secara alamiah respon dua desa tersebut berbeda. Pemerintah dan Tokoh Masyarakat Desa Jatimulyo lebih tanggap dalam program PAUD. Sementara Desa Guwosari dalam program kelanjutusiaan dan penyusunan profil desa dalam aplikasi PRODESKEL Kemendagri dengan upaya penjaminan kualitas data yang dikumpulkan.
Secara umum output dari program pendampingan ini adalah dua desa tersebut terbantu dalam upaya mengenali, dan mengembangkan potensi desa serta menumbuhkan kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan meningkatkan pelayanan publik dasar yang baik terutama masalah kesehatan lansia dan pendidikan usia dini (PAUD). (JF)