Masyarakat Belum Akrab dengan Istilah Demensia Alzheimer
Selasa, 01/03/2016Jakarta
Studi Demensia Daerah Istimewa Yogyakarta 2015 menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan lanjut usia dan pengasuh/caregiver lanjut usia terkait istilah Demensia Alzheimer masih rendah. Lanjut usia yang mengetahui istilah Demensia Alzheimer baru mencapai 20% sedangkan pendamping/caregiver 26%. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan pencegahan Orang Dengan Demensia (ODD) diperlukan penyerbarluasan istilah “Demensia Alzheimer” yang dimulai dari komunitas dan harus didukung oleh semua stakeholder dan masyarakat secara umum.
Demikian disampaikan Wayan Suriastini selaku peneliti studi tersebut di hadapan forum “Dialog Penyusunan Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia di Daerah" yang diselenggarakan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan (pada 25-27 Februari 2016) Kementerian Kesehatan RI, Jum'at (26/02/2016) di Jakarta.
Menurut Suriastini, penyebarluasan istilah demensia Alzheimer diperlukan agar masyarakat yang mendengar atau mengetahui istilah demensia Alzheimer semakin luas yang kemudian dapat meningkatkan perhatian serta kepedulian bersama.
Lebih lanjut disampaikan, kesehatan merupakan salah satu indikator tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera. Seiring dengan bertambahnya usia maka akan muncul berbagai macam permasalahan kesehatan salah satunya adalah gangguan kognitif atau intelektual. Gangguan tersebut merupakan gangguan yang disebabkan karena terjadinya penurunan fisik otak. Banyak yang mengistilahkan gangguan tersebut dengan kepikunan padahal sebenarnya terjadinya penurunan fisik otak bisa disebabkan Alzheimer.
Demensia Alzheimer merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan. Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia) dan deteksi dini dapat membantu penderita dan keluarga Orang Dengan Demensia (ODD) untuk dapat menghadapi pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini.
Usaha yang paling tepat dan baik saat ini adalah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit. Hal ini dapat meringankan biaya kesehatan dan beban bagi keluarga. Pencegahan terhadap penyakit akan berjalan dengan baik apabila usaha promotif dapat dilakukan dengan maksimal dengan melibatkan semua stakeholder dan masyarakat. Banyak penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap pencegahan penyakit. Seperti tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan.
Materi presentasi hasil studi dapat diunduh di sini: