Dinas Kesehatan Gunungkidul akan Mensosialisasikan Penyakit Demensia
Senin, 04/04/2016Pemkab Gunung Kidul
Sasaran kedua kegiatan diseminasi Studi Demensia di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. SurveyMETER mengirimkan dua audiensi kepada Pemkab Gunungkidul yaitu ke Bupati dan Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan terlebih dulu mengundang SurveyMETER untuk melakukan audiensi.
Audiensi dengan Dinas Kesehatan dilaksanakan pada hari Jumat (01/042016) di Ruang Kerja Sekretaris Dinas Kesehatan komplek Kantor Pemkab Gunungkidul. Audiensi ini diikuti Kepala Dinas, Drs Agus Prihastoro; Bidang Pelayanan Masyarakat, Kartini SKM, MM; Retna Pertiwi; dan M Ali Masudi.
Kegiatan diisi dengan presentasi hasil studi yang dilanjutkan dengan tanggapan dan masukan. Mewakili tim peneliti, Dr Ni Wayan Suriastini MPhil dan Teguh Yudo Wicaksono PhD memaparkan hasil studi. Hasil studi secara umum memotret prevalensi demensia di Kabupaten Gunungkidul dan DIY pada umumnya yang sudah mencapai 2 hingga 3 kali lipat dari angka prevalensi global. Berdasar hasil studi ini, Kabupaten Gunungkidul memiliki angka prevalensi demensia paling tinggi di antara 5 kabupaten/kota di DIY.
Secara umum Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul dan peserta audiensi lainnya menanggapi hasil studi ini dengan baik. Pak Kadis menginginkan hasil penelitian lebih terperinci lagi mengingat masyarakat Gunungkidul dibagi tiga wilayah yang satu sama lain memiliki karakter berbeda yaitu wilayah utara, tengah dan selatan. Selain itu, menurut Pak Kadis, faktor tingkat pendidikan yang rendah juga memungkinkan angka prevalensi tinggi. Termasuk di dalamnya banyak orang yang dipandang kaya, terutama kalau berdasar luas lahan pertanian.
“Dari semua penduduk di Gunungkidul, kelompok usia produktif hanya ada 10% saja. Selebihnya merantau ke kota-kota. Kalau sudah tua, mereka akan kembali pulang ke sini,” tutur Pak Kadis. Namun demikian menurutnya sosialisasi penyakit demensia ini penting dilakukan kepada masyarakat.
Sementara Ibu Kartini menyampaikan hasil studi ini belum pernah ada sebelumnya termasuk dari Susenas atau Riskesdas. Dia pun mengiyakan hasil studi ini dan perlu dipikirkan tindak lanjutnya. Perlu dilakukan sosialisasi penyakit demensia kepada masyarakat dan keluarga agar mereka memahami yang benar siklus kehidupan. Sayangnya untuk pembuatan poster atau baliho sosialisasi ke masyarakat, saat ini belum terprogramkan karena masih mengutamakan sosialisasi penyakit menular.
Ke depan Dinas Kesehatan akan mengupayakan sosialisasi khusus penyakit demensia dengan membuat liflet dan sosialisasi ke puskesmas dan posyandu lansia. Termasuk kampanye kepada kelompok muda atau pelajar (SMA dan SMP). “Untuk pencegahan dini yang baru dilakukan adalah sosialisasi puskesmas santun lansia melalui Puskesmas, Posbindu dan Posyandu Lansia sejak tahun 2015,” papar Ibu Kartini seraya menyebutkan kalau dari 30 puskesmas yang ada di Gunungkidul baru 18 yang sudah merintis jadi puskesmas santun lansia.
Di akhir acara Dinas Kesehatan mengundang SurveyMETER untuk mempresentasikan studi Puskesmas Santun Lansia yang dilakukan tahun 2013. (JF)