Lokakarya Penuaan Penduduk dan Pembangunan: Dokumentasi, Tantangan, dan Langkah Lanjut
Jumat, 21/12/2012SurveyMETER
PENUAAN penduduk sudah menjadi isu dunia pada abad 21 ini, terutama di negara-negara maju. Masalah penuaan penduduk ini sudah menjadi isu sosial, politik, dan ekonomi, termasuk juga di Asia. Jepang dan Korea adalah contoh negara dengan jumlah penduduk lansia yang tinggi. Kedua negara tersebut sudah aktif membuat dan melaksanakan program pembangunan yang berkaitan dengan penuaan penduduk, di mana program pembangunan di sana sudah dikaitkan dengan penuaan penduduk. Dapat dikatakan penuaan penduduk merupakan keberhasilan pembangunan, karena orang bisa menjadi hidup lebih lama karena mendapatkan gizi yang baik, sanitasi yang baik, pendidikan yang baik, kesehatan yang baik, dan seterusnya. Pada tahun 2025, diperkirakan Indonesia akan mempunyai prosentase penduduk lansia yang sama dengan Singapura, namun dengan angka pendapatan perkapita yang amat jauh lebih rendah dari Singapura. Lantas bagaimana Indonesia akan mampu membiayai penuaan penduduk ini? Jumlah peningkatan penduduk lansia juga sangat tinggi. Diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 32 juta jiwa dan tahun 2030 mencapai 40 juta jiwa dan melampaui angka penduduk di bawah 15 tahun. Penduduk lansia memerlukan penanganan yang khusus. Apakah Indonesia sudah siap dengan hal ini?
Itulah sebagian sambutan dan sekaligus pengantar forum dari Ibu Bondan S Sikoki SE MA selaku Direktur SurveyMETER mewakili Organizing Committe dalam pembukaan lokakarya “Penuaan Penduduk dan Pembangunan: Dokumentasi, Tantangan, dan Langkah Lanjut”. Acara ini diselenggarakan SurveyMETER bekerjasama dengan Yayasan Emong Lansia UI, Centre for Ageing Studies University of Indonesia, The Asia Foundation, dan Australian Aid. Acara berlangsung di The Phoenix Hotel Yogyakarta tanggal 19 – 20 November 2012. Lokakarya ini berlangsung dua hari dengan menghadirkan 29 pembicara dan 150 peserta yang merupakan para pemangku kepentingan masalah penuaan penduduk, baik dari pemerintah, masayarakat, LSM, akademisi, maupun lembaga internasional.
Pada hari pertama acara hadir Wakil Menteri Kesehatan RI Prof dr Ali Gufron Mukti MSc, PhD yang menyampaikan keynote speech-nya, Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta dr Sarminto MKes mewakili Gubernur DIY yang membuka acara dengan simbolik, perwakilan dari Direktur Pelayanan Sosial Lanjut Usia Departemen Sosial RI Drs Mulyo Johni MSi, Knowledge Sector AUSAID Benjamin Davis, Ketua Komnas Lansia Dr Toni Hartono, perwakilan dari BAPPENAS Dr Maliki, ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono MA, PhD, dan para steering committe lokayarya; Prof Tri Budi W Rahardjo, Dra Eva A J Sabdono MBA, dan Bondan Sikoki SE, MA.
Dukungan dari AUSAID untuk Indonesia
Dalam sambutannya, perwakilan Knowledge Sector AUSAID, Benjamin Davis mengatakan bahwa tujuan AUSAID melakukan program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kebijakan publik di Indonesia dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menghadirkan hasil penelitian yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan. Selain itu dengan mendukung instansi pemerintah untuk menggunakan hasil penelitian tersebut. Juga berperan sebagai perantara atau intermediari antara pembuat kebijakan dengan pembuat kajian.
Benjamin sendiri mengaku spesialisasinya adalah public policy sehingga ia memposisikan diri sebagai murid yang ingin belajar banyak dari para pembicara lokakarya tersebut. Ia juga menceritakan bahwa AUSAID telah bekerja sama dengan The Asia Foundation untuk mendukung lembaga pengetahuan seperti SurveyMETER yang selama 2 tahun terakhir ini telah memposisikan diri sebagai lembaga pengetahuan di Indonesia. AUSAID memberikan dana kepada lembaga pengetahuan untuk mengembangkan diri dan khususnya mengadakan penelitian yang tidak dianggap pesanan. Untuk itu AUSAID memberikan kesempatan kepada lembaga pengetahuan untuk mengadakan penelitian sendiri dan juga untuk menindaklanjutinya.
Menurut Benjamin, SurveyMETER dan lembaga penyelenggara lokakarya ini telah mengambil tindakan strategis untuk mendorong isu penuaan sekaligus sebagai yang pertama mengangkat isu ini. Forum semacam ini, menurut Benjamin, diharapkan bisa terjadi lebih sering, karena merupakan ruang antara pembuat kebijakan dan pembuat kajian untuk menperdebatkan isu-isu, dalam hal ini masalah penuaan. Selain itu, sangat tepat untuk pertemuan ini diadakan di Yogyakarta, karena angka penduduk lansia-nya paling tinggi di Indonesia. Tujuan lokakarya ini adalah untuk menyoroti masalah penuaan penduduk di Indonesia dari berbagai perspektif, seperti sosial, ekonomi, dan budaya. Menurut Benjamin, masalah penuaan juga merupakan masalah yang dihadapi Australia. “Peserta lokakarya ini berasal dari berbagai institusi. Semoga hasil diskusi tidak berhenti di ruang ini. Saya mengharapkan akan bisa tercipta common ground antara pembuat kebijakan dan pembuat kajian terkait menangani masalah penuaan.” ujar Benjamin dalam sambutannya.
Dengan kegiatan ini, seperti yang disampaikan Bu Bondan dari SurveyMETER, diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling bertemu dan berdiskusi semua pemangku kepentingan tentang isu penuaan serta mendokumentasikan apa yang sudah dilakukan, tantangan apa yang dihadapi, dan apa langkah tindak lanjut yang akan dilakukan. Juga diharapkan akan menjadi forum untuk berbagi informasi, berdiskusi, dan mencari kesamaan untuk saling bekerja sama serta merumuskan rencana tindak lanjut. Diharapkan pula setelah lokakarya tersebut, bisa terbentuk jaringan sosial untuk isu penuaan penduduk ini. Sementara Benjamin mengharapkan di forum tersebut dibahas berbagai isu, misalnya cara-cara yang paling efektif untuk mendukung dan membiayai penduduk tua, bagaimana sistem kesehatan Indonesia dapat melayani lansia, apa sistem jaminan hari tua/sistem pensiun yang paling cocok untuk Indonesia, apa peran sektor swasta di sini, apa peran sosio-budaya dan bagaimana peran keluarga dan masyarakat dalam hal ini.
Paradigma yang harus dihapus
Sementara Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY dr Sarminto, M Kes mengatakan bahwa penuaan merupakan proses alamiah dalam hidup yang tidak mungkin ditolak. Penuaan akan diikuti dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga akan berkurang produktivitasnya. Lansia seringkali di-stigma-kan sebagai sakit-sakitan dan tergantung pada orang lain. Jumlah lansia meningkat karena meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kelahiran.
Menurut Sultan, dalam sambutannya, persoalan biaya akan menjadi isu sentral. Indonesia akan mengalami ledakan jumlah pensiunan PNS pada tahun 2025. Karena itu pemerintah, juga swasta dan masyarakat, perlu memberikan perhatian khusus, karena dibutuhkan solusi multidimensi terkait penyelesaian masalah ini. Tidak seharusnya masalah lansia ini dianggap sebagai beban, melainkan para lansia harus diberdayakan agar mandiri, karena jika tidak, selain berdampak pada produktivitas, juga akan berdampak pada masalah kesehatan. Paradigma yang mengarahkan bahwa lansia itu “sudah habis dan tidak berguna” harus dihapuskan. Karena jumlah lansia yang berguna masih lebih banyak dibandingkan dengan yang sudah tidak berguna. Sultan juga berharap melalui acara ini dapat dipetakan permasalahan dan tantangan, serta bisa didapatkan masukan dan saran, serta program untuk lansia. Juga diharapkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat bisa semakin sinergis, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup lansia beserta keluarganya.
Sedangkan Prof dr Ali Gufron Mukti, MSc, PhD selaku Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam keynote speech-nya dengan judul “Pengalaman Pemerintah: Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia,” memaparkan tekad dari Kemenkes RI adalah mengubah pomeo “orang miskin dilarang sakit”, menjadi “orang miskin kalau sakit dilarang bayar”, melalui berbagai program. Dalam konteks pemeliharaan kesehatan lansia, payung hukumnya sudah jelas yaitu pasal 138 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal 138 tersebut dikatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Undang-undang tersebut menjadi acuan dari tujuan Pembangunan Kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, agar dapat hidup produktif dan sejahtera secara sosial dan ekonomi. Maka, menurut Ali Gufron, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomi. “Kita harapkan masyarakat akan mendapatkan standar pelayanan minimal. Pemerintah sudah menyelenggarakan PP (peraturan pemerintah) terkait lansia, yaitu menyangkut masalah kegaamaan, kesehatan, dan pelayanan umum, misalnya bagaimana lansia bisa mendapatkan layanan yang ramah, seperti ketika naik bis tempatnya lebih diutamakan, dan juga terkait penggunaan fasilitas publik.” papar Ali Gufron.
Kebijakan Program Kesehatan Lansia
Tujuan umum dari peraturan pemerintah tersebut adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan kesadaran para lansia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan lansia, dan meningkatkan jenis, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan bagi lansia. Menurut Ali Gufron program-program pemerintah yang sudah dikembangkan adalah:
- Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas melalui konsep Puskesmas Santun Lansia.
- Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit yang saat ini baru ada 8 Rumah Sakit tipe A dan B.
- Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi lansia.
- Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan Kelompok Lansia/Posyandu Lansia di masyarakat.
- Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi lansia dalam keluarga (Home Care) yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan program Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan lansia melalui Dana Sehat dan Jamkesmas.
Setelah selesai rangkaian acara pembukaan tersebut dilanjutkan dengan agenda Presentasi Sesi pertama. Berikut adalah pelaksanaan seluruh agenda 8 presentasi/ forum kegiatan dan materi yang disampaikan.
HARI PERTAMA
Presentasi Sesi 1: Pengalaman dari Pemerintah
GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI) dibawakan oleh Dr Nahiyah J Faraz MPd—“Lansia dan Pembangunan: Antara Harapan dan Tantangan”
Dr Yulia Suhartini (Direktur Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kemensos RI) dibawakan oleh Drs Mulyo Johni MSi (Kasubdit Advokasi dan Pelayanan Sosial Lanjut Usia, Kemensos RI)—“Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia”
Dr. Maliki Achmad PhD (BAPPENAS)—“Penuaan Penduduk dan Pembangunan: National Transfer Account sebagai Salah Satu Dokumentasi Pendukung Analisis Sistem Penunjang Penduduk Lanjut Usia”
Dr Toni Hartono (Ketua II Komnas Lansia)—“Pengalaman dari Pemerintah”
Moderator: Prof Tri Budi W Rahardjo (Centre for Ageing Studies University of Indonesia)
Presentasi Sesi 2: Pengalaman dari Masyarakat
Sabrin O Ladongi SAg, MM (Yayasan Al Kautsar Palu)—“Peran Generasi Muda dalam Pembinaan Lansia”
Fajarina Lathu Asmarani SKep, Ns, MSN (Pelayanan Lansia di Masyarakat, FIKES Universitas Respati Yogyakarta)—“Community Services”
Ruliyandar SE, MKes (Golden Geriatric Club)—“Golden Geriatric Club (Sekolah untuk Lansia dan Pra Lansia)—Mulia Dua Foundation”
Prof Dr Haryono Suyono MA PhD (Ketua Yayasan Damandiri)—“Pemberdayaan Menyongsong Peran Lansia dalam Pembangunan”
Moderator: Dra Eva AJ Sabdono MBA (Yayasan Emong Lansia UI)
Presentasi Sesi 3: Pengalaman dari LSM
Prof Dr dr Luh Ketut Suryani (Suryani Institute)—“Program Membina Lanjut Usia di Bali: Tua Berguna, Bahagia, dan Sejahtera”
Dr Rohadi Haryanto MSc (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahtraan Sosial)—“Peran serta Organisasi Sosial dalam Menghadapi Penuaan Penduduk”
Dra Hj Budi Wahyuni MM MA (PKBI Yogyakarta)—“Kesehatan Seksual di Usia Tua, Sebuah Kebutuhan yang Tertunda”
Dr Siti Hariani MSc (Yayasan Pelita Usila)—“Pengalaman dalam Pengembangan Program Lanjut Usia di Indonesia”
Dra Eva AJ Sabdono MBA (Yayasan Emong Lansia UI)—“Promoting Mutual Support Through Older People’s Associations in Indonesia/ Mempromosikan Saling Dukung Melalui Lembaga-lembaga Lansia di Indonesia”
Moderator: Bondan S Sikoki SE, MA (SurveyMETER)
Presentasi/Forum Sesi 3a : Kebijakan untuk Lansia di Masa Depan
Dr Nugroho Abikusno (InResAge Trisakti University Jakarta)—“Ageing in Indonesia in The Future”
Prof Bambang Purwoko MA, PhD (Dewan Jaminan Sosial Nasional)—“Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional Berbasis Kesempatan Kerja untuk Perluasan Kepesertaan Semesta Tahun 2014”
Dr Fiona Howell (TNP2K) disampaikan oleh Dr Jan Piebe—“ Pathways to Social Pensions in Indonesia: Poverty and Old-Age Income Security/ Langkah Menuju Dana Pensiun Sosial di Indonesia: Kemiskinan dan Pengamanan Penghasilan Lansia”
Moderator: Dr Kharisma Priyo Nugroho (The Asia Foundation)
HARI KEDUA
Presentasi Sesi 4: Pengalaman dari Akademisi
Dr Fatmah SKM, MSc (Dosen FKM Universitas Indonesia)–“Gizi Usia Lanjut: Pengalaman dari Akademisi”
Indrasari Tjandraningsih MA (AKATIGA—Pusat Analisis Sosial)—“Pasar Kerja Fleksibel dan Beban Lansia”
Dr Hilman Latief (Dosen Magister Studi Islam UMY)–“Faith, Elderly and Philanthrophy; Peran Organisasi Filantropi berbasis Keagamaan dalam Menangani Lansia”
Moderator: Dr Evi Nurvidya Arifin (Institute of South East Asian Study, Singapore)
Sesi Refleksi: Lansia Indonesia di Masa Depan
Fasilitator: Dr N W Suriastini MPhil (SurveyMETER)
Perangkum Hasil Refleksi: Dr Lies Marcoes Natsir
Presentasi Sesi 5: Pengalaman dari Lembaga Internasional
Dr Evi Nurvidya Arifin (Institute of South East Asian Study, Singapore)–“Aspek Ekonomi Demografi Penuaan Penduduk”
dr Hernani Djarir MPH (WHO Indonesia)–“Age Friendly City”
Dr NW Suriastini MPhil (SurveyMETER)—“Indicators of Age Friendly City for Planning and Policy Formulation: an Exploratory Analysis/Indikator-indikator untuk Merencanakan Age-Friendly City dan Merancang Kebijakan: Sebuah Eksplorasi Analisis”
Moderator: Dr Aris Ananta (Institute of South East Asian Studies, Singapore)
Sesi 5a: Suara Lansia
Ibu Sumaryati (anggota Dian Kemala)
Ibu Kamira
Ibu Suminah (anggota Dian Kemala)
Ibu Profesor Saparinah Sadli
Bapak Sutjipto
Fasilitator: Dr Lies Marcoes Natsir
Sesi Tambahan
Move with Care: J Puspo Adijuwono
Sesi Kesimpulan
Dr Aris Ananta (Institute of South East Asian Studies, Singapore)
Penutup
Prof Tri Budi W Rahardjo (Centre for Ageing Studies University of Indonesia)