Haru-biru Peresmian Kantor Baru SurveyMETER

Rabu,19/12/2012

causes
Pengguntingan untaian bunga oleh Bu Bondan disaksikan Bu Wayan, Pak Cecep, dan segenap tamu undangan, menandai diresmikannya Kantor Baru SurveyMETER di Jalan Jenengan Raya, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY. Rabu, 12/12/2012) pukul 12:12 WIB.

”Dari sepuluh tahun lalu yang bukan apa-apa. Kantor yang terus berkali-kali pindah. Kini memiliki kantor dua lantai nan megah. Semua semata karena karuniaNYA”

Rabu Pagi (12/12/2012), rangkaian acara Peresmian Kantor Baru dan Perayaan 10 tahun SurveyMETER di Jalan Jenengan Raya No. 109 Maguwoharjo, Sleman diawali dengan pemutaran kaleidoskop perjalanan SurveyMETER yang dipandu oleh Dr Ni Wayan Suriastini M Phil. Bu Wayan mengantarkan video gambar kepada tamu yang hadir mengenai empat periode perjalanan SurveyMETER yang mengharu-biru, dari sebelum berdiri hingga sekarang. Selanjutnya, kaledioskop ini dipertajam lagi oleh testimoni empat pelaku sejarah perjalanan SurveyMETER, yaitu; Kusworo sebagai bagian dari 4 orang pendiri Survey METER yang sukses menjadi entrepreneur out-bond, Edy Purwanto SP MSc sebagai pendiri dan masih aktif di SurveyMETER, Bapak Methodius Kusumahadi selaku mentor dalam strategic planning SurveyMETER yang juga pimpinan Lembaga SATUNAMA Yogyakarta, dan Prof Irwan Abdullah, Guru Besar dan pengajar Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Dalam kesaksiannya, Kusworo mengambarkan betapa prihatinnya ia dan rekan-rekannya di masa awal berdiri SurveyMETER. Ia tidak menyangka kalau sekarang, dengan kerja keras dan kesungguhan, Survey METER bisa menjadi besar dan semakin dikenal. Kusworo berharap para peneliti yang bergabung dan menjadi penerus SurveyMETER sekarang tidak mengikuti jejaknya; keluar dari SurveyMETER karena alasan ketidaksabaran dan ketidaksungguhan dalam berkarya.

Sementara Edy Purwanto SP MSc yang meniti karir di bidang penelitian sebagai enumerator dalam penilitian yang dipimpin Ibu Bondan pada IFLS tahun 1997, menceritakan betapa pilihannya sebagai peneliti sempat membuatnya minder. Karena pekerjaanya tidak tetap; dari penelitian ke penelitian lain dengan lembaga penyelenggara yang berbeda. ”Ketika saya ditanya; kerjanya di mana, saya jawab kerja UI. Beberapa bulan kemudian ditanya lagi; sekarang kerja di mana, saya jawab di Fakultas Kedokteran UGM, terus di PSKK UGM, dan seterusnya,” cerita Pak Edy yang membawa suasana menjadi haru. Kemudian Pak Edy melanjutkan, kalau melihat dahulu, pada awal berdirinya, Ia tak bisa memprediksi kalau SurveyMETER ternyata bisa sebesar sekarang. “Ini semua karena kuasa dan kebesaranNya, sekarang saya bangga ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama, saya jawab saya kerja di SurveyMETER,” papar Pak Edy dalam isak harunya.

Lain lagi dengan Pak Methodius Kusumahadi dalam kesaksiannya. Ia menilai kalau kebanyakan lembaga survei kantornya jelek-jelek sedangkan pengurus dan penelitinya kaya raya. Tetapi SurveyMETER dalam progressnya yang sekarang sudah memiliki gedung megah, dinilai bisa mensejahterakan pengurus dan peneliti-penelitinya. Sedangkan Prof. Irwan Abdullah, dalam testimoninya menyanjung manajemen, komponen, dan kualitas hasil penelitian-penelitian SurveyMETER. “Seandainya saya mendapat tawaran bekerja di bidang penelitian, maka saya akan kerja di SurveyMETER,” ujar Prof. Irwan yang disambut riuh tepuk tangan hadirin. Dan saat yang mengharukan pun segera hadir setelah doa perwakilan empat pemuka agama.

Haru biru 2
Bu Bondan menyampaikan puisi-perjalanan pendirian SurveyMETER menjelang detik-detik peresmian kantor.

Hari Rabu, tanggal 12 bulan 12 tahun 2012 jam 12 bahkan secara kebetulan, faktanya, menit 12 (dan mungkin detiknya juga ke 12), merupakan hari yang bersejarah bagi SurveyMETER. Ya, terlepas dari plus minus dan beda pandang terhadap tanggal, bulan, dan tahun tersebut, pilihan istimewa pemilihan tanggal tersebut sebagai tangga peresmian hanya beralasan supaya lebih memiliki nilai sejarah dan mudah diingat belaka. Hitungan mudur detik dari hadirin yang membahana, mendetak ke semua jantung yang penuh syukur dan harap, diringi suara krincingan yang ritmis. Lima, empat, tiga, dua, dan tepat setelah hitungan detik ke satu, terputuslah rangkaian bunga di depan pintu masuk kantor. Terbukalah segala cita-cita, harapan, dan semangat berkarya.

Ratusan tamu undangan yang terdiri dari partner dan klien, pejabat, akademisi, alumni asisten peneliti lapangan, dan keluarga besar SurveyMETER sontak menumpahkan sukacita. Tepuk tangan serentak riuh penuh tabur doa. Sukacita berlanjut menyaksi penandatanganan prasasti peresmian Gedung Baru oleh Ibu Bondan, serah terima jabatan Direktur SurveyMETER dari Ibu Bondan S Sikoki SE MSi kepada Ibu Dr Ni Wayan Suriastini M Phil, dan pemotongan tumpeng sebagai simbol bersyukur dan berbagi. Sejenak kemudian, tamu undangan pun tanpa komando mengucapkan selamat kepada Ibu Bondan dan keluarga besar SurveyMETER. Sukacita masih berlanjut pula dalam jamuan santap siang yang menutup kebahagiaan.

Menit-menit sebelum rangkaian momen bersejarah itu, Ibu Bondan selaku Direktur, dalam sambutannya bercerita tentang sejarah perjalanan SurveyMETER. Dua belas tahun lalu kalau ditanya akan bisa membangun gedung seperti ini, ia sendiri tidak akan percaya untuk bisa mewujudkannya. Awalnya, sebagai pendiri SurveyMETER, kedatangannya ke Yogyakarta pada tahun hanya dalam mengemban tugas RAND Corporation mengoordinir kegiatan IFLS (Indonesia Familiy Life Survey) tahun 2000 bekerja sama dengan PSKK Universitas Gadjah Mada. Dilanjutkan dengan penelitian WISE (HATAS, Survey Kesehatan dan Produktivitas) di Purworejo yang direncanakan hanya 2 tahun. Tidak ada keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga penelitian, sebelum rekan-rekan kerja menyemangatinya untuk mendirikan lembaga sendiri.

Desakan tersebut mengemuka berdasarkan kebutuhan adanya wadah organisasi untuk kegiatan yang sudah dilakukan, juga adanya kebutuhan akan perlunya data berkualitas, akurat dan kredibel untuk kebijakan. Maka karena desakan penuh motivasi inilah, Ibu Bondan bersama Kusworo, Edy Purwanto, dan Cecep Sukria Sumantri memberanikan diri membentuk sebuah wadah. Tujuan dari wadah pun dibentangkan; untuk membantu institusi dan peneliti Indonesia dan Internasional yang akan melakukan penelitian di Indonesia mulai dari tahap pembuatan desain survei sampai pada tahap pelaksanaan untuk memperoleh kualitas data yang baik. Selanjutnya, mereka berempat dengan penuh semangat dan harap segera mengurus legalitasnya ke notaris serta melengkapi perangkat kelembagaan lainnya. Dan lahirlah SurveyMETER pada 20 Februari 2002.

Tetapi untuk mewujudkan cita-cita dan idealisme lembaga tersebut, menurut Ibu Bondan, tidak bisa terwujud dalam waktu sekejap termasuk untuk memiliki kantor milik sendiri pun cukup berliku. “Kalau dilihat perjalanannya seperti yang telah bapak ibu saksikan pada kaledioskop tadi, kami tidak mempunyai kantor yang permanen dan berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan yang lain. Setelah IFLS tahun 2000 kami menyewa rumah di Pogungkidul, di belakang MM UGM. Jalan di depannya begitu sempit sehingga kalau mobil masuk dan mau keluar harus mundur. Kemudian setelah dua kali perpanjangan kontrak (kami gak berani kontrak lama karena gak punya uang) yang punya rumah mau memakai rumahnya, dan kami terpaksa cari kontrakan lain dan dapat rumah di Gedongkuning. Setelah IFLS tahun 2007, karena perkembangan kegiatan, kami mengontrak rumah lagi di Condongcatur, sehingga kami punya dua kantor, yang kurang ideal karena saya dan teman-teman harus mondar-mandir Gedongkuning-Condongcatur. Saat itu saya berpikir alangkah senangnya kalau kita punya kantor sendiri dan gak usah pindah-pindah karena kalau sekali pindahan tidak cukup waktu sebulan untuk mengepak dan membongkar barang, bahkan bisa berbulan-bulan. Di samping itu setiap kali memperpanjang kontrak harganya selalu dinaikkan,” cerita Bu Bondan panjang lebar dalam sambutannya diselingi selorohan bahwa selama sepuluh tahun lebih itulah SurveyMETER menjadi ‘kontraktor’.

Haru biru 3
Penandatanganan prasasti peresmian

Keinginan memiliki gedung sendiri terus menggebu. Apalagi setelah pada akhir 2009 pemilik rumah di Gedongkuning memberitahukan bahwa perpanjangan yang terakhir, kontrakan tidak boleh diperpanjang lagi. Upaya diawali dengan mencari sebidang tanah dengan kriteria; di daerah yang bagus dan bisa dicicil. Sampai kemudian menemukan tanah yang dijadikan kantor baru sekarang ini. Dipilih kriteri seperti itu karena bisa sambil mengumpulkan uang lebih dahulu untuk pembayarannya. “Pengurusan ijin pembangunan yang lama pun menjadi karunia karena lembaga jadi bisa mengumpulkan uang lagi umpul-umpul untuk mulai membangun,” cerita Bu Bondan masih dalam sambutannya seraya menceritakan rekan-rekannya di SurveyMETER yang tercengang dan tidak percaya bahwa dia nekat mau membangun kantor. Rekan-rekannya berpikir uangnya dari mana. Menanggapi pertanyaan rekan-rekannya itu, Bu Bondan hanya menjawab; uang nanti akan datang.

“Pelajaran yang bisa kita petik adalah; bermimpilah dan serahkan semuanya kepadaNya, berdoalah dan percayalah bahwa impian kita akan terwujud dengan kuasaNya,” ujar Bu Bondan penuh petuah dilanjutkan dengan ucapan terima kasih kepada tim pembangunan yang dipimpin Bapak Ir Cecep Sukria Sumantri MSi. Tidak ketinggalan, Bu Bondan mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada rekan-rekannya yang setia bersama mewujudkan impian di SurveyMETER, kepada semua pihak yang membantu penyelesaian gedung terutama kepada Bapak Guntur Sarosa, arsitek gedung, dan Bapak Saifudin Hilmi pimpinan kontraktor PT Sinar Abadi. Bu Bondan mengakhiri sambutannya dengan membacakan rangkaian puisi goresan tangannya sendiri. [JenFauzan]