Pelatihan Fasilitator Studi Sistem Integrasi Data Kelurahan/Desa dan Daerah Kabupaten Nganjuk
- Tanggal : -
- Lokasi :
Pelatihan Fasilitator Studi Sistem Integrasi Data Kelurahan/Desa dan Daerah Kabupaten Nganjuk.
Gallery :
Open Recruitmen Asisten Peneliti Lapangan
Minggu, 11/10/2020
DIBUTUHKAN ASISTEN PENELITI LAPANGAN
SurveyMETER kembali mengundang para peminat survei untuk bergabung menjadi asisten peneliti lapangan. Namun kali ini surveinya menggunakan telepon, yaitu :
- Phone Survey tentang Survei Dampak Covid-19 terhadap Sektor Bisnis di Indonesia : butuh 13 orang, rencana training 19 Oktober 2020, lama kegiatan phone survey sekitar 2 minggu.
- Phone Survey tentang Studi Gender dan Dampak Sosial dari Covid-19 : rencana training minggu ketiga Oktober, lama kegiatan pengumpulan data sekitar 42 hari. Total kebutuhan Asisten Peneliti Lapangan sebanyak 80 orang.
Silahkan mengirim lamaran dengan mengisi formulir pendaftaran yang ada di bawah ini.
Syarat dan ketentuan pelamar sebagai berikut :
- Syarat Pendidikan : telah menyelesaikan studi S1 (berijasah), dan terbuka untuk semua disiplin keilmuan.
- Syarat lain : memiliki smartphone untuk wawancara responden, mampu bekerja secara tim, usia maksimal 29 tahun, bersedia mengikuti training virtual atau face to face. Diutamakan yang sudah familiar dengan laptop.
Pelamar yang memenuhi syarat akan dihubungi via WA atau website SurveyMETER untuk mengikuti tes tertulis dan wawancara. Pendaftaran studi no. 1 akan ditutup tanggal 14 Oktober 2020. Tes dan wawancara tanggal 15 Oktober 2020. Sedangkan studi no.2 tes dan wawancara dilakukan minggu ketiga Oktober 2020.
Silahkan mengisi form pendaftaran di sini
Download template CV yang harus diserahkan pada saat test/wawancara di sini
PERHATIAN !!
Personalia SurveyMETER TIDAK MENANGGAPI lamaran atau pertanyaan terkait perekrutan via email sm@surveymeter.org.
Menjadi Pendamping Lanjut Usia Itu Membahagiakan Mereka dan Kami
Jumat, 09/10/2020YogyakartaSiti Musfatun Khasanah
Tidak terasa sudah genap 3 tahun aku dan 6 temanku menjadi pendamping lanjut usia. Aku dan teman-temanku ikut dalam kegiatan pendampingan kegiatan lanjut usia saat masuk kelas 10 SMK. Terus terang, di antara motivasi menjadi pendamping adalah untuk memperoleh beasiswa selama SMK dari SurveyMETER dengan syarat menjadi Kader Muda Pendamping Lanjut Usia dengan terlibat kegiatan kelanjutusiaan di dusun kami, Dusun Watugedug, Desa Guwosari, Kabupaten Bantul.
Setelah mengikuti kegiatan kami seakan lupa dengan motivasi tersebut. Ternyata jadi pendamping lansia itu menyenangkan. Kami hanya perlu menyisihkan sedikit waktu dalam sebulan untuk bisa mendampingi dan memberi sedikit perhatian kepada lanjut usia. Dengan adanya pendampingan lansia setidaknya para lanjut usia tidak merasa tersisih dari kelompoknya, merasa diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya, merasa ada orang yang menjadi tempat berbagi keluh kesah, dan tidak lagi merasa harus sendiri tanpa ada perhatian dari orang lain.
Terkadang melihat mereka tertawa lepas bisa membuat perasaanku lega; oh seperti ini toh hasil dari aku menyisihkan sedikit waktu untuk mereka. Senang sekali melihat mereka tertawa ketika kami bercanda di sela kegitan. Setidaknya itu bisa menghilangkan sedikt beban pikiran mereka.
Kegiatan rutin pendamping lansia antara lain, setiap sebulan sekali kami membantu kader posyandu dalam melaksanakan layanan posyandu lansia. Kami cekatan membantu kader untuk mengukur tensi darah, menimbang berat badan mereka dan merekapnya di buku. Tujuan mengukur tensi adalah untuk mengontrol tekanan darah setiap bulannya sehingga kalau ada yang tidak wajar akan dikonsultasikan dengan kader dan tenaga kesehatan di desa.
Sambil menunggu pelayanan pengukuran kesehatan selesai, mereka akan bercengkrama berbagi cerita dengan para lansia lainnya. Pada saat itulah kami sesekali ikut nimbrung sehingga mereka mereka dan kami tertawa gembira.
Selepas pelayanan kami mengadakan ragam kegiatan yang menyenangkan seperti senam, bemain angklung dan sekali-kali outbond. Senam lansia dilakukan dengan instruktur ibu-ibu kader. Sementara instruktur bermain angklung akan memanggilkan pelatih dari luar. Sekitar 20-30 menit senam atau main angklung selesai kita akan beristirahat, kami dan para kader akan membagikan minuman, buah dan makanan untuk mereka.
Oh iya, untuk para lansia yang tidak ada yang mengantar jemput ke posyandu kami adalah penjemput dan pengantar setia mereka dengan sepeda motor.
Kegiatan Outbond yang pernah kita lakukan adalah mengajak dan mendampingi mereka berkeliling situs sejarah Goa Selarong. Kebetulan lokasinya hanya di sebelah dusun kami. Saat outbond tersebut kami mengadakan permainan-permainan sederhana seperti bermain memindahkan air menggunakan botol dan bermain merangkai kata dengan bisikan, dan masih banyak lagi permainan lainnya. Di sela permainan itu gelak tawa membuncah dari mereka dan kami.
Sebulan sekali juga, kami melakukan kunjungan ke rumah (homecare) para lansia dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan berangkat ke posyandu. Dalam setiap kunjungan kami melakukan pengukuran tekanan darah dan menayakan keluhan yang dirasakan mengenai kesehatannya. Tak jarang kami ikut mengobrol mendengarkan keluh kesah lainnya yang mereka rasakan. Di akhir kunjungan, kami memberikan bingkisan untuk mereka.
Banyak manfaat yang kami dapatkan selama mendampingi lansia. Di antaranya aku dan teman-teman menjadi lebih menghargai orang tua sendiri, terlebih kepada para lanjut usia. Kami juga memperoleh pengalaman bagaimana hidup bersosial dan berguna bagi masyarakat.
Juli 2020 lalu beasiswa kami telah selesai. Dan, sejak pandemi, tepatnya Bulan April lalu, belum ada layanan posyandu dan pendampingan untuk lanjut usia di dusun kami. Namun di antara kami berniat akan tetap menjadi pendamping mereka sebisanya. Karena kami akan selalu rindu tawa mereka dan bahagia kami menyatu di satu sore, sebulan sekali.
Saatnya Aktifkan Perubahan Perilaku Pemberian ASI dan Intervensi
Author : Wayan Suriastini | Dani Alfah | Bondan Sikoki | Roni Hermoko | Listiono | Iip Umar Rifa’i | Dhanang PrasetyaKamis, 08/10/2020SurveyMETER
Sebelum pandemi COVID19, Indonesia sudah menjadi salah satu negara dengan beban stunting dan gizi buruk tertinggi di dunia. UNICEF memprediksi pandemi COVID-19 berpotensi memperburuk beban malnutrisi pada anak-anak Indonesia akibat pola makan yang tidak seimbang.
SurveyMETER melakukan survei telepon dilakukan oleh SurveyMETER di salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pada bulan Juni-Juli 2020—dengan dukungan Knowledge Sector Initiative—untuk mengetahui pola makan anak balita pada saat pandemi COVID19. Survei ini berhasil mendata 1.321 balita dengan kelompok umur 25-45 bulan sebanyak 62% dan kelompok umur 6-24 bulan 38%.
Hasil survei menunjukkan presentase balita usia 6-24 bulan yang tidak pernah mengkonsumsi ASI masih relatif tinggi pada masa pandemi yaitu 23%. Padahal kesadaran orang tua merupakan kunci keberhasilan dalam pemberian ASI selama dua tahun untuk mendukung 1.000 hari pertama kehidupan dan tentu saja membutuhkan dukungan dari keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Selengkapnya hasil studi berupa ringkasan dan Research Brief dapat dibaca dan diunduh di sini.
Sosialisasi Penyusunan Sistem Integrasi Data Desa/Kelurahan dan Daerah Kabupaten Nganjuk
- Tanggal : -
- Lokasi :
SurveyMETER bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Dinas Kesehatan melakukan giat Sosialisasi Penyusunan Sistem Integrasi Data Kelurahan dan Daerah di Kabupaten Nganjuk.
Gallery :
Gangguan Kesehatan Mental Meningkat Tajam di Masa Pandemi COVID-19?
Author : Wayan Suriastini, Bondan Sikoki dan ListionoSelasa, 21/07/2020
COVID-19 memberikan multiple stress pada kehidupan masyarakat. Mulai dari kekhawatiran akan tertular COVID-19, khawatir akan meninggal dan kehilangan anggota keluarga serta teman hingga stress akibat terkena PHK dan mengalami penurunan pendapatan. Di sisi lain, laporan media yang secara konstan memberitakan tentang angka dan keadaan yang sakit dan meninggal menambah rasa takut dan stress. Sehingga masyarakat yang tidak mengalami kekhawatiran atau depresi sebelum pandemi menjadi memiliki kekhawatiran yang berlebihan dan depresi pada saat pademi.
Kondisi di atas merupakan gambaran global dari hasil survei online Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kondisi Kesehatan Mental yang dilakukan SurveyMETER akhir Mei 2020 lalu. Tingkat kecemasan dan depresi berdasarkan keadaan demografi, geografi, sosial dan ekonomi terkorelasi dengan perubahan status bekerja serta perubahan pendapatan selama pandemi COVID-19.
Lebih rinci lagi, perempuan mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi dari pada laki-laki. Makin tinggi tingkat pendidikan responden makin rendah tingkat kecemasannya. Responden yang berdomisili di lima provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi sebelum survei dilakukan (yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan), mengalami tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Tingkat kecemasan umum (GAD) tersebut memiliki pola yang sama dengan depresi. Korelasi antara keduanya cukup tinggi dan signifikan yaitu mencapai angka 0.76. Sebanyak 58% responden melaporkan depresi. Sama halnya dengan gangguan kecemasan, perempuan lebih banyak yang mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki.
Untuk mengetahui lebih lengkap hasil studi termasuk rekomendasi terhadap pemerintah dan kita semua, silahkan unduh dan baca hasil studi tersebut dalam bentuk Research Brief di sini.
Survei Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kondisi Kesehatan Mental Tahap 2
Masa pandemi Covid-19 di Indonesia sudah memasuki bulan kelima. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kondisi mental masyarakat Indonesia.
Nasib Posyandu Lansia Saat Pandemi Covid-19
Jumat, 10/07/2020YogyakartaHendri Setyo Nugroho, S.H., M.I.P.
Waktu bergulir melewati bulan keempat sejak kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun, persentase kematian karena Covid-19 di Indonesia tertinggi dialami kelompok umur ≥ 60 tahun. Seperti yang kita ketahui lanjut usia (lansia) adalah salah satu kelompok rentan dan mudah terpapar Covid-19.
Lalu bagaimana posyandu lansia berperan di tengah pandemi? Pemerintah saat ini sudah berupaya untuk memutus mata rantai penularan virus Korona. Himbauan untuk physical distancing, bekerja, belajar dan beribadah di rumah terus digaungkan. Semua kegiatan yang membuat kerumunan harus dihindari termasuk kegiatan posyandu lansia. Peran posyandu lansia melalui kader sangat penting untuk selalu memonitor kondisi para lansia.
Meski kegiatan posyandu lansia ditiadakan sementara, namun peran kader masih berjalan. Kader berperan memberikan informasi kepada lansia tentang perilaku hidup sehat dan menjaga kesehatan selama pandemi berlangsung. Informasi tersebut diberikan pada saat kader bertemu dengan lansia di jalan atau di masjid. Kader juga membagikan masker kain untuk lansia, baik yang dibeli sendiri dari kas posyandu maupun dari bantuan lembaga lain. Peran lain yang tak kalah penting adalah kerjasama antar stakeholder, seperti dengan pihak RT. Oleh karena cakupan wilayah kecil dan saling berdekatan, maka akan lebih memudahkan dalam memantau kondisi lansia.
Lalu apakah lansia merasakan dampak pandemi Covid-19? Dampak sosial dirasakan lansia dengan tidak adanya posyandu lansia, ternyata menurunkan kesehatan psikologis. Kegiatan posyandu lansia tidak hanya mempertahankan kesehatan fisik agar selalu bugar, namun posyandu lanisa juga sebagai wadah bertemu dengan teman sebayanya, lansia bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi. Pada masa pandemi ini mereka merasa kesepian karena tidak bisa berkumpul.
Selain dampak sosial, dampak ekonomi juga dirasakan oleh lansia. Seperti yang dialami oleh Mbah Marto (70) yang biasanya menjual beras di Pasar Kota Gede Yogyakarta. Namun selama pandemi dia tidak lagi berani ke pasar. Beliau hanya menjual beras di rumah yang berdampak pada berkurang pendapatan. Kisah yang sama, juga dialami oleh banyak lansia lain yang senasib dengan Mbah Marto.
Dampak yang tidak kalah penting adalah kesadaran lansia untuk melindungi diri sendiri masih kurang. Contoh nyata yang terlihat pada saat lansia beraktivitas di luar rumah, banyak yang tidak menggunakan masker. Tidak sedikit juga lansia yang menanyakan kenapa harus pakai masker, kenapa harus di rumah saja.
Keluarga lansia sendiri tidak bisa menyampaikan informasi dengan jelas, lansia banyak yang tidak menonton berita di televisi, kader posyandu tidak bisa banyak berperan di situasi seperti sekarang. Hal ini membuktikan bahwa informasi yang mereka terima tentang Covid-19 masih kurang sedangkan mereka rentan tertular.
Apa yang perlu dilakukan untuk membantu lansia yang terdampak Covid-19?
Kelompok usia lanjut merupakan golongan yang memerlukan perhatian khusus. Sesuai amanah “Panduan Perlindungan Lansia” oleh KPPPA diperlukan peran dari kader posyandu lansia di level masyarakat untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi lansia di masa pandemi Covid-19 dengan melibatkan dan bekerja sama lintas sektor.
Kader posyandu berharap adanya bantuan berupa sembako dan makanan bergizi. Lansia masih kurang diperhatikan, belum ada bantuan yang khusus menyasar mereka. Bantuan lain yang diterima lansia adalah masker kain, sembako, hand sanitizer. Namun demikian bantuan tersebut belum diterima semua lansia di posyandu. Harapannya, jika menyalurkan bantuan pemerintah desa dapat bekerja sama dengan kader posyandu dalam pendistribusiannya.
Tak kalah penting yang harus diperhatikan bagaimana lansia bisa mendapatkan informasi yang tepat dan jelas mengenai Covid-19. Menurut kader posyandu, mereka sebaiknya diberikan informasi dari sumber yang berkompeten, seperti petugas dari puskesmas. Namun di masa pandemi seperti ini, petugas kesehatan sudah memiliki banyak tugas untuk menangani pasien di garda terdepan. Langkah bijak yang bisa dilakukan salah satunya dengan mendokumentasikan informasi tentang Covid-19 dari berbagai sumber terpercaya seperti yang diterbitkan oleh kementerian terkait.
Pemerintah desa bisa membantu melakukan koordinasi untuk pendokumentasian, selanjutnya disampaikan melalui karang taruna, RT, RW, atau kader posyandu. Kader dengan networking yang luas akan menyampaikan informasi kepada lansia. Libatkan juga keluarga dan masyarakat agar secara aktif menjelaskan informasi tentang Covid-19 kepada lansia. Selaras juga dengan pedoman umum menghadapi Covid-19 yang dikeluarkan oleh Kemendagri, bahwa pastikan lansia memperoleh kesadaran dan perlindungan pribadi terkait Covid-19.
_______
*Tulisan pertama kali dipublikasikan di rubrik “INSPIRASI UNTUK KEBIJAKAN” SKH Kedaulatan Rakyat, Edisi Jumat 10 Juli 2020. Untuk melihat versi koran cetak tersebut silahkan klik di sini.
‘Negatif COVID-19 tetapi Positif Hamil': Jalan Terbaik adalah Menunda Bayi Baru
Selasa, 07/07/2020SurveyMETERDwi Oktarina, S.Si., M.P.H.
Semakin banyak orang tinggal di rumah selama pandemi, kekhawatiran meningkatnya jumlah kehamilan muncul. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil baru-baru ini memposting tangkapan layar di akun Instagram-nya sebuah artikel yang berkaitan dengan peningkatan kehamilan di Kabupaten Cirebon, dan mendesak laki-laki untuk "memperlambatnya" dengan istri mereka. "Negatif COVID-19 tetapi positif hamil," diposting Ridwan.
Terbatasnya akses ke layanan kesehatan selama pandemi ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa semakin sedikit orang yang menerima kontrasepsi. Menurut angka terbaru Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 28 juta pasangan Indonesia menerima layanan kontrasepsi. Namun, dewan memperhatikan penurunan 20 hingga 30 persen pada penerima dari Februari hingga Maret, dengan variasi antar provinsi.
Kekhawatiran akan ledakan bayi dan peningkatan populasi bukan satu-satunya alasan para ahli menyarankan pasangan untuk menunda kehamilan. Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, mengatakan ibu hamil rentan selama trimester pertama dan cenderung memiliki ketidaknyamanan kesehatan seperti mual. Sistem kekebalan tubuh mereka juga lebih lemah dari biasanya, dan dengan demikian mereka berisiko lebih tinggi terhadap infeksi. Kami belum sepenuhnya memahami efek infeksi COVID-19 pada janin, atau efek obat pada ibu dan janin yang terinfeksi.
Ibu hamil juga menghadapi lebih banyak pembatasan dalam pemeriksaan kehamilan sebelum pandemi. Jauh sebelum pandemi, angka kematian ibu di Indonesia sudah menjadi masalah besar, dengan angka nasional yang tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Banyak faktor yang berhubungan dengan virus tetap tidak diketahui. Sementara para peneliti masih berusaha menemukan vaksin, beberapa kasus bayi baru lahir yang terinfeksi virus telah dilaporkan. Di Wuhan, Cina, tempat ditemukannya kasus pertama di dunia, bayi baru lahir menjadi individu termuda yang terinfeksi virus SARS-CoV-2, laporan pada awal Februari mengatakan, mirip dengan bayi baru lahir lainnya pada pertengahan Maret di London. Ibu di Wuhan telah dites positif COVID-19 sebelum melahirkan.
Namun, jurnal The Lancet baru-baru ini menerbitkan sebuah studi pada sembilan wanita hamil dengan COVID-19 yang menunjukkan bahwa penularan intrauterin sangat tidak mungkin. Sampel cairan ketuban, tali pusat, ASI, dan usap tenggorokan bayi baru lahir terbukti negatif terhadap virus.
Dalam hal gizi, pandemi ini dapat membatasi pilihan makanan bergizi ibu, dengan banyak keluarga menghadapi pendapatan yang semakin rendah. Kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Hal ini dapat menyebabkan stunting, yang sudah menjadi masalah kesehatan nasional utama.
BKKBN telah menempatkan konselor lapangan untuk memberikan layanan kepada pasangan melalui kunjungan rumah. BKKBN juga berencana untuk memberikan kontrasepsi kepada 1 juta penerima pada bulan Juni. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi di antara mereka yang telah berhenti menggunakan kontrasepsi selama pandemi.
Terlepas dari upaya pemerintah, masih ada kebutuhan mendesak untuk menargetkan lebih banyak orang yang tinggal di rumah. Dibutuhkan lebih banyak kampanye pendidikan untuk menasihati pasangan untuk menunda kehamilan melalui media seperti televisi dan radio. Media terakhir akan menargetkan audiens di daerah yang lebih terpencil di mana transmisi televisi terbatas.
Meskipun sistem kesehatan cukup kewalahan dalam pandemi saat ini, upaya ekstra dapat dilakukan dengan memberdayakan dan memperkuat bidan sebagai konselor dalam mendidik pasangan untuk menunda kehamilan. Asosiasi Bidan Nasional (IBI) mendaftar lebih dari 300.000 bidan di 34 provinsi. Ini tentu akan menantang, tetapi upaya kecil dalam menunda kehamilan dapat membantu mengurangi beban penyedia layanan kesehatan serta ibu dan keluarga mereka selama pandemi.
Relawan dari desa dan kelompok kesejahteraan keluarga (PKK) berbasis desa dan juga bisa diberdayakan. Relawan di seluruh negeri telah dimobilisasi untuk mendistribusikan bantuan makanan kepada rumah tangga yang memenuhi syarat di komunitas mereka. Mereka juga dapat membantu meningkatkan kesadaran di kalangan ibu dan pasangan muda tentang kesehatan ibu dan pentingnya menghindari kehamilan selama pandemi dengan menyampaikan informasi yang benar dengan pamflet atau poster saat mendistribusikan persediaan makanan.
Setiap wanita memiliki hak untuk hamil dan melahirkan anak dan setiap anak memiliki hak untuk tumbuh sehat di lingkungan terbaik. Namun, dalam masa ketidakpastian dan keterbatasan ini, akan lebih bijaksana untuk menunda kehamilan dan menunggu sampai pandemi mereda. Keputusan harus diambil dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan tidak hanya kesehatan ibu, tetapi juga bayi, kesejahteraan keluarga dan kapasitas sistem kesehatan.
Artikel ini dipublikasikan pertama kali dalam Bahasa Inggris di The Jakarta Post, 4 Juli 2020:
Sebentuk Aksi Kecil untuk Lanjut Usia di Masa Pandemi
Senin, 06/07/2020SurveyMETERAstrid Nikijuluw, Bach. Of Business., M.M.
Pandemi COVID-19 telah memengaruhi sistem dan tatanan sosial kita dan membuat dunia terhenyak. Di Indonesia, per tanggal 19 Juni 2020, jumlah kasus COVID-19 mencapai 43.803. Dari angka tersebut, 14% adalah para lanjut usia (usia 60 dan lebih tua) dan 44% dari tingkat kematian (2,373 kasus). Ini menunjukkan bahwa jumlah kematian tertinggi dialami oleh kelompok umur ≥ 60 tahun.
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kita melemah. Hal ini membuat para lanjut usia lebih rentan terhadap semua jenis infeksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendukung dan melindungi para lanjut usia selama pandemi ini, terutama mereka yang hidup sendiri. Pemerintah harus didukung untuk memberikan intervensi dalam memastikan para lanjut usia mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Dukungan ini dapat mencakup makanan bergizi, kebutuhan dasar seperti sembako, obat-obatan untuk mendukung kesehatan fisik dan akses ke dukungan kesehatan sosial dan mental.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai provinsi dengan tingkat harapan hidup tertinggi di Indonesia, beberapa tindakan dan kegiatan telah diambil oleh berbagai pihak dalam mendukung para lanjut usia selama pandemi. Kami pun berupaya melakukan hal kegiatan kecil sesuai kapasitas kami sebagai institusi penelitian.
Kegiatan kecil kami adalah wawancara pendokumentasian tentang inisiatif dan terobosan pelayanan posyandu oleh kader posyandu lanjut usia di masa pandemi di 5 kabupaten/kota yaitu Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman dan Kota Yogyakarta. Dalam wawancara tersebut kami menemukan bahwa di antara kegiatan kecil mereka selama pandemi antara mendistribusikan masker serta pengetahuan melalui flyer dan poster tentang bagaimana memakai masker dan mencuci tangan dengan benar.
Di satu desa di Kabupaten Kulon Progo, satu inisiatif dari kader posyandu lanjut usia yang cukup solutif adalah mendorong para lanjut usia untuk tetap melakukan kegiatan tambahan seperti berkebun. Selain karena tinggal di desa dan umumnya profesi mereka adalah petani, aktivitas berkebun dapat membantu kondisi ekonomi dan sosial serta menjaga imunitas mereka. Dengan demikian saat berkegiatan tersebut mereka juga masih dapat berinteraksi satu sama lain dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Di satu desa lain di Kabupaten Bantul, organisasi pemuda desa berinisiatif mengumpulkan dana dari warga setempat yang digunakan untuk membeli bahan makanan yang akan didistribusikan kepada warga kurang mampu, termasuk para lanjut usia.
Dari berkegiatan wawancara kecil di masa pandemi tersebut, sungguhnya banyak pelajaran yang dapat kami dan kita pelajari. Bahwa kepedulian kecil masyarakat di semua sektor dan usia dapat berdampak besar dalam kesehatan dan kebahagiaan orang lain. Kita perlu menyadari bahwa tanggung jawab untuk memelihara lingkungan yang sehat dan aman ada di tangan kita semua. Karena seperi disampaikan Presiden Joko Widodo pada Senin 18 Mei 2020, cara paling efektif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 adalah pada unit masyarakat yang paling bawah. Kita akan bisa mengatasi pandemi ini, namun untuk itu kita harus melakukan upaya aktif demi tetap sehat serta dan aman secara fisik secara mental untuk kita sendiri dan untuk orang-orang di sekitar kita, termasuk para lanjut usia.
Demikian sekilas pembelajaran yang kami petik dari pendokumentasian kami. Kami juga menuliskan catatan dalam versi lain di Buletin Active Aging Consortium Asia Pacific (ACAP) Edisi Juni-Juli 2020 (hlm. 10-11), dengan harapan menjadi pembelajaran masyarakat dan komunitas global. Selengkapnya catatan tersebut dapat dibaca dan diunduh di sini: Sebentuk Aksi Kecil untuk Lanjut Usia di Masa Pandemi