Diseminasi Annual Survey HIV AIDS 2013 di Jakarta
- Tanggal : 24/09/2013 - 24/09/2013
- Lokasi : Auditorium Adhiyana Wisma ANTARA Jakarta
Kegiatan ini merupakan penyampaian hasil Annual Survey dari 6 CSO pelaksana program dari USAID melalui SUM2 Program. Keenam CSO tersebut adalah Yayasan Bandungwangi, Yayasan Inter Medika, Yayasan Srikandi Sejati, Yayasan Karisma, Yayasan Kusuma Buana, dan Lembaga Peduali AIDS (LPA) Karya Bhakti. Selama pelaksanaan kegiatan Annual Survey keenam CSO tersebut hingga kegiatan diseminasi tersebut didampingi oleh SurveyMETER. Pelaksanaan teknis kegiatan diseminasi di Jakarta ini dilaksanakan oleh Forum LSM Peduli AIDS Jabodetabek.
Pelaksanaan kegiatan ini dalam pandangan CSO-CSO tidak maksimal karena panitia tidak mampu mendatangkan lembaga, CSR perusahaan, dan para stakeholder utama di DKI Jakarta termasuk kesanggupan panitia untuk mengundang Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama. Keenam CSO melihat ketidaksungguhan panitia dalam memaksimalkan waktu persiapan yang mencapai sebulan lebih tidak dimaksimalkan menjadi faktor penyebab tidak maksimalnya undangan yang hadir. Terlepas dari kekurangmaksimalan keseluruhan persiapannya, pelaksanaan acara pada hari Selasa, 24 September 2013 berlangsung lancar.
Sebelum acara pemaparan dimulai, melalui panitia disampaikan kembali tiga tujuan dari kegiatan diseminasi ini yaitu:
- Menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan oleh CSO yang berkonsentrasi kepada isu HIV dan AIDS di Indonesia khususnya DKI Jakarta.
- Membahas sejauh mana hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan perbaikan program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia khususnya di wilayah DKI Jakarta.
- Mengajak CSR perusahaan untuk bisa ikut berperan serta dalam program penanggulangan dan pencegahan HIV dan AIDS di lingkungan perusaan itu sendiri maupun masyarakat luas.
Setelah sambutan dari perwakilan USAID-SUM Program, Yen Yerussalam dan perwakilan SurveyMETER, Bondan Sikoki SE, MA, acara dibuka oleh Kepala Bagian Program Dan Pelayanan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) DKI Jakarta, John Alubwaman. Dalam sambutannya, John Alubwaman, mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Forum LSM Peduli AIDS Jabodetabek ini setelah tiga tahun tidak menyelenggarakan kegiatan.
Acara inti pemaparan hasil Annual Survey dibagi dalam dua sesi dengan dipandu moderator Muhammad Hudallah dari SUM2 Program. Sesi I pemaparan gelombang satu dari 4 CSO, sesi II pemaparan gelombang dua terdiri dari 2 pemapar dari CSO dan 2 paparan dari penelitian FHI SUM1 dan rangkuman secara global hasi Annual Survey oleh SurveyMETER.
Papapan semua hasil Annual Survey menyuguhkan variabel-varibel data yang sama. Yang membedakan responden, sampel populasi, random, dan tempat pelaksanaan annual survey sesuai kelompok dan wilayah dampingan dari masing-masing CSO.
Poin pokok dari paparan hasil riset pertama dari CSO Yayasan Kusuma Buana (YKB) dengan kelompok dampingan dari komunitas wanita pekerja seks tidak langsung (WPSTL) memunculkan data bahwa dari responden dengan persentase kelompok dampingan (KD) 62% dan non kelompok dampingan (Non KD) 38% yang relative berpendidikan menengah ke atas tidak menjamin terhadap pengetahuan komprehensif mereka mengenai HIV AIDS lebih baik dan perubahan prilaku. Mayoritas dari mereka bahkan masih beranggapan penggunaan antibiotik masih bisa mencegah HIV AIDS, pemeriksaaan VCT dan IMS dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Poin pokok dari paparan hasil riset kedua dari Yayasan Inter Medika (YIM) dengan kelompok dampingan dari komunitas laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) memunculkan data bahwa kelompok rentan ini mayoritas pada usia produktif, 20-29 tahun. Tetapi di kelompok ini, kesadaran responden kelompok damping sudah cukup tinggi. Baik YKB maupun YIM melihat upaya meningkatkan layanan kepada kelopmpok dampingan dengan memanfaatkan perangkat teknologi komunikasi dan media sosial cukup efektif danmulai dikembangkan.
Poin pokok paparan hasil riset ketiga dari Yayasan Bandungwangi dengan kelompok dampingan dari komunitas wanita pekerja seks langsung (WPSL) bahwa mereka rata-rata berpendidikan rendah dan umur kisaran 20-49 tahun dengan wilayah operasi di jalan raya dan fasilitas public terbuka lainnya. Kesadaran prilaku untuk menggunakan kondom dengan pasangannya sangat rendah karena karena pakai kondom tidak setia.
Poin pokok paparan hasil riset keempat dari LPA Karya Bhakti dengan kelompok dampingan komunitas laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) menunjukan data bahwa kelompok beresiko tinggi ada pada usia usia 20-29 tahun dan mayoritas belum kawin. Pengetahuan komprehensif mereka secara umum lebih baik dibanding komunitas lain meski belum maksimal. Tetapi masih ada populasi LSL yang belum mempunyai kemandirian dalam mengakses layanan IMS, HIV dan AIDS. Prospeknya, intervensi terhadap populasi LSL melalui media internet cukup efektif untuk menyampaikan informasi terkait pencegahan dan penularan HIV.
Poin pokok paparan hasil riset kelima dari Yayasan Karisma dengan kelompok dampingan kelompok PENASUN menyuguhkan data bahwa kelompok rentan di kisaran usia 20-40 tahun dengan pendidikan populasi kunci berada pada level kelas menengah ke atas atau pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA (15-19 tahun). Mereka telah menggunakan NAPZA 11-20 tahun, dan masih bertahan menggunakan NAPZA hingga sekarang serta melakukan seks tidak aman.
Poin pokok paparan hasil riset keenam dari Yayasan Srikandi Sejati dengan kelompok dampingan komunitas Waria menyuguhkan data bahwa pengetahuan komprehensif mencapai 88%, paling tinggi diantara kelompok dampingan lainnya. Tetapi mobilitas waria yang tinggi menjadi kendala pendampingan serta penghasilan yang masih rendah dan dibawah UMR menjadi alasan KD tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga termasuk kesehatan.
Kemudian semua hasil riset dari 6 CSO tersebut disimpulkan oleh SurveyMETER dalam satu sisi mengenai korelasi Program Intervensi dengan Pengetahuan dan Prilaku MARP. Hasilnya, dalam peta hubungan antara program intervensi dengan pengetahuan dan prilaku MARP, menunjukan bahwa jangkauan dan edutaimen sangat berpengaruh terhadap upaya kampanye penggunaan kondom. Kesimpulan riset yang disampaikan SurveyMETER adalah:
- Hubungan program dengan pengetahuan dan perilaku terkait dengan pencegahan dan pengurangan resiko penularan HIV bersifat multidemensi dan bervariasi antara berbagai jenis KD.
- Pengetahuan komprehensif WPS, Waria dan LSL berkorelasi positif dengan program penjangkauan yang bersifat tatap muka.
- Penasun berbeda, pengetahuan komprehensifnya secara signifikan berkorelasi postif dengankomunikasi melalui internet (akses website/email/media sosial) tentang cara pencegahan dan penularan HIV
- Untuk semua jenis KD, mendapatkan penjelasan tentang cara negosiasi kondom berkorelasi positif dengan pemakaian kondom dalam berhubungan seks terakhir baik dengan pasangan tetap, pasangan tidak tetap yang tidak dibayar, dibayar maupun yang membayar.
- Pemerikaaan IMS regular oleh WPS dan Waria berkorelasi positif dengan program penjangkauan dan edutainment.
- Khususnya untuk LSL, periksa regular IMS juga terkait dengan program lewat internet dan SMS/BBM/ whatsapp dan pengetahuan komprehensif tentang HIV
- Untuk penasun berkorelasi positif dengan program edutainment, program lewat SMS/BBM/email/twiter/whatsapp dan mendapatkan informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) yang dituturkan secara spontan oleh responden.
- Secara konsisten, program penjangkauan dan edutainment berkorelasi positif dengan perilaku melakukan tes HIV dalam 6 bulan terakhir untuk semua jenis KD
- Khusus untuk LSL juga signifikan dengan program komunikasi lewat internet dan pengetahuan komprehensif tentang HIV 1
- Bagi Penasun, penuturan spontan responden mendapatkan layanan HIV lanjutan secara positif berkorelasi dengan peningkatan melakukan tes HIV kurang dari 6 bulan terakhir
Selanjutnya pada sesi tanya jawab banyak sekali masukan substansial, teknis pendampingan, dan tatakemas acara diseminasi. Yang utama adalah, berdasarkan hasil riset dari CSO-CSO ini, menununjukan apa yang dilakukan terkait upaya penanggulangan AIDS HIV belum maksimal dan belum berdampak signifikan. Perubahan prilaku dari yang beresiko kepada tidak beresiko masih kecil persentasenya. Hal ini menjadi PR bersama, baik pemerintah melalui KPA, CSO, dan semua kelompok dan masyarakat.
Dalam review diseminasi dan rencana tindak lanjut kedepan yang dipandu oleh Dr Kharisma Priyo Nugroho, diambil beberapa tiga poin utama, yaitu:
- Annual Survey yang dilakukan oleh CSO ini bisa dijadikan baseline riset dan harus diagendakan penelitian endline-nya.
- Untuk mendukung data kuantitatif dari penelitian ini perlu dilakukan longitudinal survey dan penelitian kualitatif.
- Lakukan teori perubahan dari hasil Annual Survey supaya penelitian menjadi akumulasi dari pengetahuan-pengetahuan.
Disimpulkan rinci dari paparan riset pada Diseminasi Riset Annual Survey HIV AIDS 2013 dari masing-masing CSO ini menerbitkan beberapa rekomendasi:
- Diperlukan pengembangan strategi pendekatan kepada kelompok populasi beresiko terutama populasi populasi usia dibawah 20 tahun
- Pengembangan strategi komunikasi dan informasi via internet dan jejaring sosial
- Pengembangan tool supervisi dan monev pelaksanaan program dan perluasan jaringan melalui peningkatan kerjasama dengan stakeholder
- Peran petugas lapangan harus tetap di pertahankan dengan meningkatan kapasitasnya dalam memberikan intervensi perubahan perilaku, dengan melakukan update informasi dan review kepada petugas secara berkala.
- Perlu adanya pengkategorian dalam menjangkau, seperti kategori umur, tingkat pendidikan, atau status pernikahan. Sehingga akan pola pendekatan yang di lakukan akan lebih sesuai dengan kebutuhan, dan tidak menyamaratakan pola pendekatan dengan semua karakteristik.
- Ditingkatkannya Informasi dan diskusi mengenai kesehatan reproduksi dan mendorong klien untuk memakai kondom.
- Mendorong keterlibatan pihak terkait (pemerintah/swasta) dan masyarakat setempat dalam issue HIV&AIDS serta NAPZA.
- Berintegrasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka meningkatkan program Harm Reduction guna meningkatkan kualitas program kedepannya.
- Program penanggulangan IMS dan HIV-AIDS melalui transmisi seksual pada Waria di DKI Jakarta perlu dilanjutkan terutama dalam mengantisipasi penggunaan kondom yang rendah dengan penjangkauan terhadap pasangan dan dorongan yang lebih efektif terhadap Waria untuk pemeriksaan IMS dan VCT HIV.
- Upaya peningkatan penghasilan kelompok dampingan dengan program pemberdayaan ekonomi kelompok.