Peran Orang tua dalam Pandemi: Akankah Covid-19 Meningkatkan Kesetaraan dalam Peran Orang tua?

Selasa, 01/12/2020SurveyMETERDani Alfah, S.Sos, M.P.A.

causes

Pandemi Covid-19 telah membuat terjadinya penyesuaian di setiap aspek kehidupan, termasuk kehidupan keluarga. Para orang tua dari anak-anak berusia di bawah lima tahun telah ditantang untuk menyesuaikan rumah tangga mereka dengan kondisi yang berubah dengan cepat di tempat kerja, di sekolah dan di lingkungan luar. Sehingga, terjadi hubungan yang lebih intensif antara orang tua dan anak-anak mereka, yang berdampak pada pendidikan anak usia dini, serta pembagian tugas orang tua, status pekerjaan, dan kesehatan mental.

Di bawah usia lima tahun, anak-anak dengan cepat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar. Interaksi dengan pengasuh pada tahap kehidupan ini merupakan blok bangunan penting untuk pendidikan anak usia dini.

SurveyMETER melakukan survei telepon, didukung oleh Knowledge Sector Initiative, untuk meneliti keadaan mengasuh balita selama pandemi. Kami ingin melihat bagaimana dampak pandemi - termasuk penutupan sekolah, perintah untuk bekerja dari rumah, dan kehilangan pekerjaan - memengaruhi orang tua dan anak-anak pada tahap kritis kehidupan ini.

Kami menerima respon dari 1.302 rumah tangga yang mempunyai anak kecil di sebuah kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur - memberikan sampel yang terbatas namun berwawasan luas untuk analisis awal kondisi pandemi di rumah.

Hasil penelitian menunjukkan dampak positif dan negatif dari pandemi pada interaksi orang tua dengan anak kecil, kondisi ekonomi rumah tangga, kesehatan mental pengasuh, dan kesempatan untuk belajar di rumah. Survei juga memberikan pelajaran untuk kebijakan pendidikan anak usia dini dan dukungan untuk orang tua baru

Interaksi orang tua dengan balita meningkat sebesar 38% selama pandemi, tetapi pekerjaan tidak dibagi secara merata antara ibu dan ayah. Para ibu tetap menjadi orang tua yang dominan, dengan 52,1% melaporkan tingkat interaksi yang serupa sebelum pandemi, dan 44,4% melaporkan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka. Sementara itu, 44,4% ayah melaporkan tidak ada perubahan pada pola asuh pra-pandemi mereka, dan 38,5% melaporkan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat anak.

Pengasuhan dan perhatian dari kedua orang tua penting untuk perkembangan kognitif dan emosional balita, dan ibu serta ayah dapat berkontribusi secara seimbang. Gagasan bahwa mendidik dan mengasuh anak semata-mata merupakan tanggung jawab seorang ibu tentu saja salah tetapi tetap umum di Indonesia, karena pengaruh budaya dan agama.

RUU “Ketahanan Keluarga” yang akan dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun ini mengancam untuk mengabadikan peran domestik yang sudah kadaluwarsa dalam undang-undang, yang menetapkan bahwa ibu, bukan ayah, yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak. Pendekatan ini tidak didukung oleh penelitian tentang perkembangan anak, dan banyak aspek dari RUU tersebut terus dikritik secara luas oleh akademisi, aktivis dan masyarakat luas.

Yang menarik, YouTube tercatat sebagai sumber materi pendidikan yang dominan, digunakan oleh 60,2% orang tua, diikuti oleh televisi publik sebesar 29,8% dan media sosial sebesar 25,4%. Alat berbasis internet lebih banyak digunakan oleh rumah tangga yang pendapatannya meningkat atau tetap sama selama pandemi dibandingkan dengan yang pendapatannya menurun.

Buku mewarnai tersedia di 40,1% rumah tangga, dan teka-teki dan balok di 24,4% rumah tangga. Buku mewarnai disediakan lebih banyak untuk anak perempuan dan teka-teki dan balok untuk anak laki-laki, menunjukkan bahwa banyak orang tua memiliki pemahaman yang mendalam tentang perbedaan gender dalam belajar dan bermain.

Menggambar dan mewarnai mengenalkan anak pada warna, dan memungkinkan mereka mengekspresikan diri, meningkatkan keterampilan motorik, serta mengembangkan kesabaran dan kreativitas. Teka-teki dan blok bangunan merangsang keterampilan motorik lunak, pengenalan warna dan bentuk, serta mendorong imajinasi dan pemecahan masalah. Kedua aktivitas tersebut harus tersedia secara merata untuk anak laki-laki dan perempuan.

Yang paling memprihatinkan, buku cerita hanya tersedia di 10,7% rumah tangga. Untuk rumah tangga di mana pendapatan meningkat atau tetap sama selama pandemi, angkanya hanya sedikit lebih tinggi, yaitu 14,5%, menunjukkan bahwa masalah ini melampaui tingkat pendapatan. Hal ini mengecewakan tetapi tidak mengherankan mengingat rendahnya minat membaca buku di Indonesia yang terdokumentasi secara luas.

Penelitian menunjukkan bahwa membacakan cerita untuk anak-anak sejak usia dini meningkatkan keterampilan bahasa dan literasi, serta kompleksitas bahasa dan pemahaman cerita. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengimbau semua orang tua untuk membacakan kepada anaknya sebelum tidur untuk mendukung pendidikan dan perkembangannya.

Temuan survei menunjukkan bahwa diperlukan upaya yang lebih besar di tingkat akar rumput, mungkin melalui posyandu, untuk menciptakan gerakan yang mendorong orang tua membacakan buku cerita kepada anak-anaknya sejak dini.

Pandemi Covid-19 belum berakhir, dan efek positif dan negatifnya pada pekerjaan, sekolah, kehidupan publik, dan pengasuhan kemungkinan akan tetap terasa untuk beberapa waktu mendatang. Pengalaman anak dan orang tua selama masa pandemi merupakan jalan ke depan untuk kebijakan yang lebih kuat yang dapat mendukung para orang tua dan perkembangan anak mereka dengan lebih baik.

Studi kecil ini menunjukkan bahwa ayah perlu berperan lebih aktif dalam mengasuh anak untuk meringankan beban kerja dan tekanan mental pasangannya, serta mendukung perkembangan anak yang sehat. Hal ini dapat didorong dengan melibatkan para ayah pada tahap awal kehamilan dan menyusui melalui kehadiran mereka di pemeriksaan kesehatan, dan memberikan mereka informasi tentang cara terbaik untuk mendukung pasangan dan anak-anak mereka, termasuk dengan berbagi secara setara dalam tugas-tugas rumah tangga.

Dalam kondisi pandemi atau sebaliknya, diperlukan lebih banyak kesempatan pendidikan bagi balita di rumah. Buku cerita harus tersedia, dan orang tua - baik ibu maupun ayah - harus meluangkan waktu untuk membacakan secara teratur untuk anak-anak mereka. Ini tidak hanya akan mempengaruhi perkembangan anak usia dini, tetapi juga meningkatkan tingkat literasi Indonesia dalam jangka panjang.

Artikel dipublikasikan pertama kali dalam Bahasa Inggris pada 1 Desember 2020 di:

https://indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au/parenting-in-a-pandemic-will-covid-19-boost-equality-in-parenting/