Manajemen kebersihan menstruasi dan absensi sekolah di kalangan siswa remaja di Indonesia: bukti dari survei berbasis sekolah cross-sectional

Selasa, 09/04/2019SurveyMETERJessica Davis, Alison Macintyre, Mitsunori Odagiri, Wayan Suriastini, Andreina Cordova, Chelsea Huggett, Paul A. Agius, Faiqoh, Anissa Elok Budiyani, Claire Quillet, Aidan A. Cronin, Ni Made Diah, Agung Triwahyunto, Stanley Luchters, and Elissa Kennedy

causes

Pada tahun 2015, SurveyMETER melaksanakan survey Menstrual Hygine Management in Indonesia yang didanai oleh UNICEF dan dikoordinir oleh Burnet Institute, bekerjasama dengan WaterAid Australia dan Aliansi Remaja Indonesia.

Terdapat peningkatan pengetahuan terhadap dampak yang diterapkan oleh praktik manajemen menstruasi terhadap kesehatan, pendidikan dan psikososial bagi perempuan dan remaja perempuan di negara-negara berkembang. Masa remaja menjadi perhatian khusus dimana norma sosial-budaya dapat menjadi penghalang bagi remaja perempuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang menstruasi dan kebersihan menstruasi pada awal menarche. Praktik MHM yang buruk juga dapat menyebabkan putus sekolah, ketidakhadiran, dan masalah kesehatan seksual dan reproduksi lainnya yang memiliki konsekuensi substansial jangka panjang bagi kesehatan dan sosial ekonomi untuk remaja perempuan.

Sampai saat ini penelitian tentang MHM di Indonesia, khususnya di kalangan remaja perempuan masih terbatas. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesenjangan tersebut, studi dengan metode mix study dilakukan dengan jumlah responden 1159 orang dan tersebar di empat provinsi di Indonesia yaitu Papua, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari studi ini adalah mengeksplorasi, menentukan faktor penentu dan dampak  dari praktik MHM di antara para remaja perempuan usia sekolah. Studi ini juga mengidentifikasi sejumlah tantangan yang berdampak pada kemampuan remaja perempuan untuk mengelola menstruasi secara higienis. 

Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden melakukan praktek MHM yang buruk, dimana 11.1% melewatkan satu atau lebih hari sekolah selama periode menstruasi mereka.  Praktek MHM yang buruk dikaitkan dengan daerah tempat tinggal, tingkatan kelas yang lebih rendah di sekolah, dan tingkat pengetahuan tentang menstruasi yang rendah. Sedangkan untuk tingkat ketidakhadiran dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal, tingkatan kelas yang lebih tinggi di sekolah,  tingkat kepercayaan bahwa menstruasi harus dirahasiakan, mengalami nyeri menstruasi dan fasilitas WASH sekolah. 

Tingginya prevalensi praktek MHM yang buruk dan ketidakhadiran di sekolah karena menstruasi di kalangan remaja perempuan Indonesia, menyoroti perlunya peningkatan intervensi yang menjangkau remaja perempuan di usia muda dan membahas pengetahuan, rasa malu dan kerahasiaan, penerimaan infrastruktur WASH dan pengelolaan rasa nyeri akibat menstruasi. 

Tulisan lengkap working papers dari hasil studi dengan judul “Menstrual hygiene management and school absenteeism among adolescent students in Indonesia: evidence from a cross sectional school based survey” ini dapat diakses dan diunduh di https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/tmi.13159