SurveyMETER Berbagi dengan Pencerah Nusantara Alzheimer Indonesia
Senin,18/04/2016Jakarta
Pada Kamis (14/04 2016) kemarin, SurveyMETER diundang oleh Alzheimer Indonesia (ALZI) untuk memberikan pemaparan dan berbagi pengalaman mengenai pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk advokasi kebijakan kepada Peserta “Pencerah Nusantara”. Sesi yang diisi oleh SurveyMETER berjudul “Evidence Based (Research) as an Advocacy Tool” dan disampaikan oleh Ibu Bondan Sikoki, MA.
Pencerah Nusantara sendiri merupakan gerakan yang dimotori oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI). Di antara gerakannya adalah upaya memperkuat pelayanan kesehatan primer dengan mengirimkan relawan kesehatan yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, dan pemerhati kesehatan ke puskesmas di daerah-daerah terpinggirkan di Indonesia. Sesi ini merupakan bagian dari pelatihan kepada 45 sukarelawan “Pencerah Nusantara” dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai konsep pemberdayaan masyarakat, dan memiliki keterampilan dalam menggerakkan partisipasi masyarakat. Para peserta tersebut sudah menjalani aktivitas pelatihan ini selama beberapa hari.
Sesi-sesi pelatihan pada tanggal 14 April 2016 dikhususkan untuk membahas mengenai Alzheimer dan demensia. Sesi-sesi tersebut mencakup pengetahuan mengenai demensia dan Alzheimer, temuan penelitian mengenai prevalensi Alzheimer dan demensia, hingga teknik-teknik advokasi dalam pengarusutamaan isu Alzheimer dan demensia dalam kebijakan pemerintah. Para pembicara terdiri dari berbagai kalangan yang menaruh perhatian pada isu-isu lansia. Beberapa di antaranya adalah DY Suharya, Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia; Dr Yuda Turana, dokter ahli neurologis ; dan Ibu Bondan Sikoki, MA, Pembina SurveyMETER.
Ibu Bondan berbicara dalam satu sesi dengan Dr Yuda Turana mengenai pemanfaatan hasil riset untuk kepentingan advokasi. Ibu Bondan memulai presentasi dengan memaparkan sejarah SurveyMETER yang memiliki visi sebagai lembaga pengetahuan yang menginspirasi dan memperkuat kebijakan berbasis data penelitian. Beberapa strategi advokasi yang ditempuh SurveyMETER selama ini antara lain dengan menginspirasi kebijakan melalui data. Contoh nyata dari strategi ini dapat dilihat dari hasil audiensi penelitian SurveyMETER ke Pemkot Balikpapan yang mendorong pemerintah Kota Balikpapan untuk menggunakan hasil data SurveyMETER sebagai cetak biru kebijakan menuju Kota Ramah Lanjut Usia 2030.
Strategi lain adalah dengan memperkuat kebijakan yang telah ada dengan hasil penelitian. Hasil nyata kebijakan ini terlihat dari hasil audiensi SurveyMETER dengan Kota Denpasar yang membantu pemerintah Kota Denpasar dalam mengintegrasikan kebijakan kota ramah anak dengan ramah lansia. Strategi terakhir yang ditempuh adalah dengan merajut kemitraan untuk kebijakan. Hal ini terlihat dari kemitraan SurveyMETER dengan Pemda DKI dalam Deklarasi Jakarta sebagai Kota Ramah Demensia dan Lanjut Usia pada September 2015.
Dalam pemaparannya Bu Bondan juga merumuskan 7 faktor penting yang membuat advokasi kebijakan berbasis penelitian dapat berhasil. Tujuh faktor penting ini antara lain 1) terajutnya kemitraan dengan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan; 2) kepemimpinan pemda yang terbuka dan kuat; 3) hasil penelitian disampaikan secara sederhana namun rekomendasi kebijakan disusun secara detil; 4) memahami lingkungan kebijakan; 5) memberikan kepercayaan kepada peneliti; 6) melakukan penelitian dan advokasi secara terencana dan 7) menjalin hubungan erat dengan LSM yang passionate dalam bidang yang kita kaji.
Bu Bondan juga memberikan contoh implementasi 7 faktor penting tersebut dalam kegiatan penelitian SurveyMETER mengenai demensia di Yogyakarta. Penelitian demensia yang dilakukan SurveyMETER merupakan bagian integral dari riset SurveyMETER tentang Lansia dan juga bertepatan dengan momentum Deklarasi Jakarta sebagai Kota Ramah Demensia. Selanjutnya kemitraan SurveyMETER dengan organisasi Alzheimer Indonesia melalui DY Suharya mempertemukan SurveyMETER dengan Dr Yuda Turana. Kehadiran Dr Yuda Turana sebagai tim ahli memperkuat kredibilitas riset Demensia dan juga memperkaya analisis survei demensia ini. Lalu koordinasi dengan lembaga Alzheimer Indonesia melalui DY Suharya memberikan kami akses kepada pemangku kepentingan di tingkat nasional sehingga dapat memparkan hasil penelitian demensia ini. Selain itu, SurveyMETER juga melakukan audiensi dengan Pemerintah Kulon Progo dan Gunungkidul. Untuk Kulon Progo, wakil Bupati dan Dinas Kesehatan Kulon Progo telah menyatakan komitmennya untuk menggunakan sebagian dana untuk brosur dan leaflet untuk menyebarkan informasi mengenai demensia dan Alzheimer.
Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Bu Bondan muncul beberapa pertanyaan dari peserta. Satu peserta menanyakan bagaimana bila kita melakukan riset yang ternyata tidak menjadi interest dari masyarakat. Menjawab pertanyaan ini Bu Bondan menyampaikan bahwa topik-topil riset yang dilakukan harus menjadi interestmasyarakat. Karena dengan demikian, hasil temuan riset dapat dengan mudah diangkat dan dibawa ke pemangku kepentingan. Pertanyaan lain menyangkut metodologi pengumpulan data di mana respondennya menderita demensia, yang tentunya mengalami kesulitan dalam memberikan jawaban survei. Bu Bondan menjawab bahwa survei demensia ini dilengkapi dengan survei kepada caregiver.
Secara umum sesi ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh para peserta dengan cukup banyaknya pertanyaan meski waktu pemaparan yang terbatas. Pemaparan mengenai metode dan strategi advokasi yang berbasis penelitian, fakta dan data diharapkan dapat memperkaya teknik/strategi advokasi yang telah ada, terutama advokasi di bidang kesehatan. ()