Kekurangan zat besi dan kesejahteraan para lansia: Hasil awal dari intervensi nutrisi secara acak
Selasa, 04-01-2011SurveyMETERDuncan Thomas, Elizabeth Frankenberg, Jed Friedman, Jean-Pierre Habicht, Mohammed Hakimi, Jaswadi, Nathan Jones, Christopher McKelvey, Gretel Pelto, Bondan Sikoki, Teresa Seeman, James P. Smith, Cecep Sumantri, Wayan Suriastini, Siswanto Wilopo
Penulis: Duncan Thomas (UCLA) Elizabeth Frankenberg (UCLA) Jed Friedman (Bank Dunia) Jean-Pierre Habicht (Universitas Cornell) Mohammed Hakimi (Universitas Gadjah Mada) Jaswadi (Universitas Gadjah Mada) Nathan Jones (UCLA) Christopher McKelvey (UCLA) Gretel Pelto (Cornell University) Bondan Sikoki (RAND dan SurveyMETER) Teresa Seeman (UCLA) James P. Smith (RAND) Cecep Sumantri (SurveyMETER) Wayan Suriastini (SurveyMETER) Siswanto Wilopo (Universitas Gadjah Mada)
Versi ini: November 2003
(Makalah yang dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Populasi Amerika, Minneapolis, April 2003 dan pertemuan Jaringan Studi Kesehatan dan Pembangunan Ekonomi Internasional, San Francisco, Mei 2003. Dukungan keuangan dari the National Institutes on Aging (R01-AG20909), Fogarty International Center dan Global Development Network, kami sangat berterima kasih)
Abstrak
Kekurangan zat besi tersebar luas di seluruh dunia berkembang. Kami memberikan bukti baru tentang efek kekurangan zat besi pada kemakmuran ekonomi dan sosial kaum lansia dengan mengambil data dari penentuan secara acak dari desain intervensi perlakuan-intervensi kontrol. Evaluasi Pekerjaan dan Status Zat Besi merupakan studi berkelanjutan yang meneliti lebih dari 17.000 orang di Jawa Tengah, Indonesia. Separuh responden menerima perlakuan 120 mg zat besi setiap minggu selama setahun; responden kontrol menerima plasebo. Kepatuhan dipantau dengan hati-hati. Hasil dari enam bulan pertama intervensi disajikan untuk orang dewasa usia 30 sampai 70 tahun. Laki-laki yang kekurangan zat besi sebelum intervensi dan yang ditentukan untuk perlakuan, lebih baik dalam hal kesehatan fisik, kesehatan psiko-sosial dan kesuksesan ekonomi. Pria-pria ini lebih cenderung bekerja, kurang tidur, kehilangan lebih sedikit waktu kerja karena sakit, lebih energik, lebih mampu melakukan aktivitas yang berat secara fisik dan kesehatan psiko-sosial mereka lebih baik. Ada bukti bahwa produktivitas ekonomi para pria ini juga meningkat. Di antara laki-laki kekurangan zat besi yang ditentukan untuk perlakuan yang juga berwiraswasta sebelum baseline, penghasilan per jam naik secara substansial sehingga mereka menghasilkan lebih banyak setiap bulan. Manfaat untuk wanita berada di arah yang sama tetapi efeknya lebih diredam. Hasilnya memberikan bukti yang jelas untuk mendukung hipotesis bahwa kesehatan memiliki efek kausal pada kemakmuran ekonomi laki-laki selama usia paruh baya dan lansia.
Lihat selengkapnya di:
http://eml.berkeley.edu/~webfac/emiguel/e271_s04/friedman.pdf