Bersyukur di 13 Tahun SurveyMETER
Senin,23/02/2015SurveyMETER
“Ya Allah, Tuhan kami, bimbinglah kami menjadi hamba yang pandai bersyukur dan berbagi. Ya Allah, Tuhan kami, bimbinglah lembaga kami menjadi lembaga yang makin dipercaya dan tetap membumi.”
Itulah di antara bait doa yang kami panjatkan pada Jumat pagi, 20 Februari 2015 itu. Tepat di 13 tahun usia SurveyMETER. Sengaja, kami tak menghendaki ada kue tar atau nasi tumpeng seperti halnya pada syukuran sederhana tahun lalu. Di Jumat pagi itu kami sejenak berkumpul di lobi; sejenak memperdengarkan sukacita, amanat, dan harapan yang disampaikan Ibu Direktur Eksekutif kemudian doa bersama sejenak. Selesai, saling ucapankan selamat, berfoto bersama, sejenak kemudian kembali pada meja masing-masing.
Namun di pagi yang sama, di Grand Wahid Hotel Salatiga, tempat training Tim Survei Komunitas dan Fasilitas IFLS-5 digelar, kami tak dapat menolak kehadiran nasi tumpeng. Manajemen hotel yang sudah bertahun menjadi langganan tempat training, dengan surprise membawakan tumpeng saat materi kelas belangsung. Barangkali, sudah suratannya kalau akan selalu ada potongan tumpeng ataupun kue pada setiap perayaan, meski itu tidak direncanakan.
Mungkin saja tanpa disengaja tema ulang tahun kami yang ke-13 ini adalah berbagi. Kami tak menginginkan pesta terlebih hura-hura. Sebagaimana hakikat bersyukur atas nikmat yang diberi adalah berbagi kepada sesama. Di usia ke-13-nya, SurveyMETER ingin berbagi dengan kelompok lanjut usia. Kami mengangankan peristiwa ini dari bulan-bulan sebelumnya. Jatuhnya, kelompok lanjut usia Dusun Watugedug Desa Guwosari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul menjadi tujuan kami. Kebetulan desa ini merupakan 1 dari 2 desa dampingan SurveyMETER 2012-2014 lalu pada isu data, pendidikan dasar (PAUD), dan kesehatan lanjut usia. Satu desa lainnya adalah Desa Jatimulyo Kecamatan Dlingo.
‘Pendampingan Lansia dari Lembaga SurveyMETER’
Demikian bunyi acara pada undangan dari Posyandu Lansia “Anggrek” Dusun Watugedug, yang tak kami baca di genggaman seorang simbah. Demikian antusias kader dan lansia dengan rencana agak mendadak kami yang sekadar kami beri judul Silaturahmi Lansia Guwosari’. Pada Jumat 20 Februari itu, selepas istirahat siang, kami berangkat dengan 90 paket bingkisan (berisi beras, minyak goreng, dan telur) sesuai jumlah lansia di dusun tersebut.
“Kami ingin berbagi sedikit, jangan dilihat nilainya.” Demikian maksud inti kedatangan kami yang disampaikan Direktur Eksekutif, Ibu Dr Ni Wayan Suriastini, di hadapan simbah-simbah, kader, dan Pak Dukuh. Kemudian Bu Wayan menyampaikan nanti minta waktu sejenak untuk ngobrol dengan simbah-simbah dan kader lansia terkait permasalahan dan rencana program pendampingan lanjut usia di Desa Guwosari tahap selanjutnya.
Pak Dukuh menyampaikan banyak terima kasih atas perhatian SurveyMETER. Dalam sambutannya dia menyampaikan demografi dusunnya secara global termasuk kelompok lansia. “Dari sekitar 90-an lansia, ada 17 orang yang tidak bisa jalan-jalan (bed rest). Kemudian kader lansia Anggrek belum punya alat tes hemoglobin (HB) dan kadar gula darah, kalau alat tensi darah sudah ada,” papar Pak Dukuh.
Selanjutnya pada sesi ngobrol, Pak Dukuh, simbah-simbah disambung para kader menyampaikan banyak masalah dan tantangan dalam penanganan dan pelayanan kelompok lanjut usia. Di antaranya, banyak keluarga (anak atau cucu dari para lansia) yang malas mengantar ke posyandu, bahkan sebagian malah menolak dikunjungi kader dengan alasan rumah yang kotor dan tidak mau merepotkan orang lain.
Simbah-simbah yang hadir menyampaikan keluhan dan masalah yang dihadapi dengan terbuka dan lugu. Di antara mereka ada yang terus terang mengaku malas saja datang ke posyandu karena jauh. Yang lainnya mengeluh pandangan matanya yang mulai kabur, nyeri tulang sendi, hingga sakit gigi. Dari keluh kesah mereka ini diketahui bahwa mereka tidak tahu kalau Jamkesmas yang dimilikinya bisa digunakan untuk membeli kaca mata dengan batas harga Rp 200.000.
Sedangkan kader menyampaikan, geografis, fasilitas dan dana yang minim, serta keterbatasan sumber daya kader menjadi kendala utama. Di Dusun Watugedog hanya ada 6 kader yang juga merangkap kader posyandu balita dan penggerak KB. Kendala jarak yang ber-kilometer ke posyandu menjadikan lansia malas datang. “Sehingga masukan dari Pak Sudiman (mentor pelatihan home care yang diselenggarakan SurveyMETER pertengahan 2014 lalu, red) untuk mengunjungi rumah-rumah lansia secara terjadwal belum terlaksana,” ujar Siti Fariyana, Koordinator kader
“Posyandu yang diadakan sebulan sekali, baru didatangi 15-20 orang saja. Kalau di bulan yang ada jadwal pusling (puskesmas keliling, red) bisa mencapai 25 orang karena sekalian untuk meminta obat”, tukas kader lainnya.
Di bagian akhir kunjungan, Ibu Wayan merespon masalah yang diutarakan para kader di atas dengan menyampaikan rencana pendampingan SurveyMETER ke depan. Di antaranya, pelatihan kader untuk home visit (home care) lansia dan pelatihan senam lansia bagi kader plus pembuatan rompi kader. Bu Wayan menyampaikan kalau SurveyMETER kami punya rezeki, nanti akan ada tali-kasih bagi kader yang bisa dimanfaatkan untuk menutup biaya bensin selama home visit ini.
“Program ini untuk menyiasati kendala geografis. Kita bisa ujicoba program ini dalam 1 tahun,” tutup Bu Wayan seraya menyarankan segera dilakukan pemetaan area rumah para lansia kemudian dipecah-pecah sehingga memudahkan penyusunan jadwal kunjungan.
Hmm, indahnya berbagi di ulang tahun. Selamat ulang tahun ke-13 SurveyMETER. (JF)