Saat Simbah-simbah Bersenam Anti Pikun Serta Berkreasi dengan Daun Pisang dan Janur

Selasa, 02/01/2018Guwosari, Pajangan, BantulJejen Fauzan

causes

Kami tiba di rumah Kepala Dukuh kurang sepuluh menit dari pukul sembilan pagi, jam acara dimulai. Rupanya kedatangan kami sudah ditunggu puluhan simbah-simbah dan kader posyandu lansia. Di antara mereka bahkan ada yang sudah datang sebelum pukul tujuh pagi. Mereka menunggu kami (dan Pak Lurah Desa) lebih dari 30 menit di ruang tamu dan selasar,— setelah pemeriksaan berat badan, tensi, dan santap makanan tambahan (PMT) selesai.

Semangat kami dibakar oleh antusias mereka. Mereka manut saja ketika kami meminta pindah lesehan di pelataran rumah, beralas tikar. Mereka pun setia di tempat saat gerimis pagi sempat turun sejenak. Semoga antusias ini menjadi awal yang baik untuk pelaksanaan program ke depan.

Minggu pagi (31/12/2017) kemarin, menjadi peristiwa yang istimewa bagi mereka dan tentu juga  kami. Kegiatan di pagi terkahir tahun 2017 itu kami sebut dengan “Kegiatan Kumpul Lansia Dusun Iroyudan” untuk pertanda dan menyambut program pendampingan kegiatan Posyandu Lansia Bougenvil Dusun Iroyudan Desa Guwosari  yang dilakukan SurveyMETER per Januari 2018. Pendampingan ini merupakan satu program kecil SurveyMETER dalam upaya menciptakan Komunitas Ramah Lanjut Usia. Iroyudan menjadi dusun kedua setelah Dusun Watugedung yang didampingi.

“Mulai Januari tahun depan pelayanan Posyandu Lansia dipisah dari Posyandu Balita. Setiap pelaksanaan posyandu akan dilakukan pemerikasaan kesehatan dan senam lansia dengan materi bervariasi. Kita juga mengagendakan program home care untuk lansia yang bedridden (sakit dan hanya mampu tiduran di rumah)”, papar Titis Putri Ambarwati, koordinator pelaksana program, di hadapan simbah-simbah.

“Saya mengharapkan simbah-simbah semua untuk aktif mengikuti kegiatan posyandu karena dengan aktif ke posyandu dapat mengetahui kesehatan. Kesehatan itu penting dan kita harus menjaganya. Selain itu posyandu ini juga untuk ajang silaturahim dan bercengkrama dengan sesama,” ujar Lurah Desa Guwosari, H Suharto, dalam sambutannya. Suharto juga mengucapkan terimakasih kepada SurveyMETER yang telah memperluas jangkauan pendampingan.

Selanjutnya rangkian kegiatan berjalan alami dan gayeng. Simbah-simbah antusias ketika diajak   senam anti pikun. Senyum dan tawa mereka membuncah di sela gerakan. Beberapa lansia yang berhalangan melakukannya sambil duduk.

Mereka pun manggut-manggut menandakan paham ketika peneliti SurveyMETER, Endra Dwi Mulyanto, memaparkan hasil studi tentang posyandu lansia (serta pentingnya posyandu lansia) yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul. Endra menyampaikan hasil studi dengan bahasa yang mudah dipahami termasuk saat merekomendasikan peningkatan pengalokasian dana desa dalam mensuport kegiatan posyandu lansia. Menurutnya, berdasar hasil studi yang menjadi tugas bersama adalah mendorong keaktifan lansia laki-laki yang jauh di bawah lansia perempuan. “Kesehatan itu menjadi modal kehidupan. Selain  itu aktif ke posyandu lansia merupakan bagian dari gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) yang digalakan Kementerian Kesehatan RI, “ tegas Endra. Selesai paparan, mewakili manajemen SurveyMETER, Endra secara simbolik menyampaikan satu set Portable DVD Player untuk membantu kader posyandu lansia dalam mempelajari ragam senam lansia.

Sejenak kemudian simbah-simbah diajak untuk mengenang masa muda dan anak-anak. Simbah kakung dipersilahkan membuat kreasi dari janur kuning dan simbah putri dari daun pisang. Beberapa menit kemudian kader pemandu acara memanggil yang paling pertama menyelesaikan kreasinya. Seorang simbah laki-laki maju ke depan menghampiri pemnadu acara dengan sebilah anyaman eluk keris di tangan. Kreasi alakadarnya dari simbah tersebut disambut tawa riuh yang lain. Suasana pun menjadi ramai dan meriah. Karena kegesitannya, simbah tersebut dihadiahi bingkisan “doorprize”.

Setelahnya simbah-simbah lain berebutan menghampiri pemandu acara, memamerkan kreasinya demi memperoleh bingkisan. Dua orang simbah putri rebutan memamerkan takir karyanya disusul dengan yang lainnya. Kami dan para kader tentu menyediakan bingkisan berlebih agar semua simbah kebagian.

Selain anyaman eluk keris beberapa produk kreasi lain dihasilkan para simbah laki-laki mulai dari aneka jenis ketupat, pecut (cemeti), burung-burungan, hingga sekadar bikin kitiran (baling-baling). Sementara kreasi simbah putri menghasilkan takirsudisamir, dan pincuk.

Menghindari rebutan bingkisan, pemandu acara mengganti syarat memperoleh bingkisan dengan mempersilahkan simbah untuk menampilkan “bakat terpendamnya”. Seorang simbah kakung yang mengaku berusia 95 tahun mengawalinya dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Pengucapan syair yang bertukar dan bolak-balik serta suara yang parau (bisa jadi karena giginya nyaris habis) membuat suasana penuh gelak atawa juga bangga. Selanjutnya seorang simbah putri meminta untuk kembali menyanyikan Indonesia Raya. Dia menjadi dirigen dengan penghayatan yang lumayan sehingga mampu menggemakan Indonesia Raya untuk kedua kalinya dengan cukup baik dan lengkap. Lalu seorang simbah kakung melengkapi kemeriahan acara dengan mendendangkan ular-ular sarat petuah.

Di pagi terakhir tahun 2017 yang gayeng itu kami tentu bangga, bahagia, terhibur, dan tumbuh semangat menatap 2018.